Mengapa Perempuan Ikut Terlibat Aksi Terorisme?

By , Senin, 30 September 2013 | 14:04 WIB

Dunia terkesiap saat nama seorang perempuan, Samantha Lewthwaite, disebut sebagai dalang aksi penyerangan Mal Westgate di Nairobi, Kenya, pada Sabtu (21/9) lalu. Perempuan ini diketahui sebagai anak dari seorang tentara Inggris dan ibu yang berasal dari Irlandia.

Lantaran warna kulitnya yang putih dan keterlibatannya di Kenya, jadilah ia dijuluki sebagai "White Widow" --janda putih yang korelasinya dengan Black Widow yang merupakan nama laba-laba dengan racun 15 kali lebih kuat dari ular derik.

Tapi mengapa perempuan macam Lewthwaite, ibu dari tiga anak, bisa terlibat dengan terorisme? Menurut Alexandra Phelan, kandidat doktor di Global Terrorism Research Centre di Monash University, Australia, ada beberapa jawaban atas pertanyaan di atas.

Dari sudut pandang taktis, perempuan direkrut sebagai anggota untuk mengisi kekosongan jumlah anggota yang menyusut. Perempuan juga bisa memberikan "efek kejutan" karena masyarakat tidak akan menyangka kaum Hawa bisa melakukan tindak terorisme.

"Terutama dalam hubungannya dengan menyerang 'target lunak' macam perkumpulan publik, pasar, dan perayaan. Perempuan dianggap bisa berbaur lebih baik dengan kerumunan dan menghindari deteksi," demikian tulis Phelan seperti dikutip Kamis (26/9).

Namun, di beberapa gerakan macam Gerakan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), perempuan dianggap anggota militer dan ditempatkan di garis depan. Keterlibatan perempuan juga dianggap sebagai alat menghapus sistem patriarki dan memberi rasa berkuasa.

Lalu, mengapa perempuan akhirnya memilih jadi teroris? Itu tergantung individunya, organisasi, dan sasaran politik dari grup yang ada. Dalam kasus lain yang disebut Black Widows (pengebom bunuh diri di wilayah Chechnya) biasanya terjadi untuk membalas dendam atas kehilangan orang yang disayang.

"Terkadang, aksi terorisme juga dilakukan untuk mengembalikan nama baik keluarga," tulis Phelan. Dengan demikian, perempuan terlibat dengan terorisme atas alasan personal, bukannya ideologis.