Bangkitkan Bajo

By , Minggu, 6 Oktober 2013 | 09:35 WIB

Selama 10 tahun, sejak 2004, Amar Ma'ruf mengerjakan studi dan proyek pengembangan sosial ekonomi masyarakat di Bajo, Sulawesi Tenggara. Menurut 'alumni' Bayer Young Environmental Envoy (BYEE) ini, Suku Bajo yang hidup di dan dari laut merupakan sebuah suku di Nusantara yang punya kearifan lokal yang mengagumkan.

Suku Bajo (Bajau) tinggal di pulau-pulau kecil dan sepanjang pantai, hidup dari perdagangan laut dan perikanan dalam skala kecil; dengan praktik berpindah area ketika sumber daya mulai menurun dan kembali ketika ekosistem tampak pulih. Sekarang gaya hidup mereka sudah lebih menetap. Walau demikian pengetahuan tentang hal-hal terkait lautan—siklus ikan, musim, tempat pemijahan— masih dipertahankan.

"Pada 2010, populasi Bajo mencapai lebih dari 35.000 jiwa. Tantangan pemberdayaan masyarakat Bajo cukup banyak," kata Amar saat acara pemilihan penganugerahan pemenang BYEE 2013 di Jakarta, sepekan lalu.

Pria keturunan Bugis ini menghabiskan dua tahun hanya untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat. Ia bertutur, awal pertama, masyarakat lokal bahkan tidak berbicara padanya.

Salah satu langkah perdana yang dilakukan Amar adalah membuat Coral Park Garden, sebagai proyeknya untuk Duta Lingkungan Bayer tatkala itu.

Meski proyek tersebut akhirnya tidak berlanjut, Amar tak patah arang memberdayakan masyarakat Suku Bajo. "Mereka [masyarakat Bajo] tidak berpendidikan formal. Namun mereka tidak bodoh," ujarnya tegas.

"Sebaliknya, mereka sangat cerdas; kesulitannya hanya kurang percaya diri. Kemiskinan dan masalah degradasi lingkungan memperkecil peluang mereka untuk kesejahteraan sosial ekonomi yang lebih baik," sambung Amar. Untuk itu, ia mulai meningkatkan kembali kapasitas diri sekaligus membangun karakter orang-orang Bajo agar semakin bangga akan jati dirinya.

Bersama anak-anak muda kampung kemudian digagas "Bajo Bangkit", sebuah gerakan pemuda yang juga memiliki media komunitas berupa buletin, radio lokal.

Mereka pun melakukan berbagai penerbitan dan publikasi mengenai masyarakat Bajo, serta berupaya meningkatkan keterlibatan Suku Bajo dalam pembangunan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Geliat kebangkitan Bajo itu telah terlihat. Kini ada sekitar 500 orang anak Bajo yang diwisuda. Jika dibandingkan, pada tahun 2002 kurang dari 20 orang asal Suku Bajo yang menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sarjana.

"Selanjutnya, kami juga akan menggarap program untuk revitalisasi pengetahuan adat asli, mendirikan Centre for Youth Excellence, serta pembiayaan kredit-mikro berbasis Syariah," ungkapnya.