Menelaah Asteroid Raksasa dan Dua Bulannya

By , Selasa, 8 Oktober 2013 | 16:37 WIB

Para astronom, ditambah bantuan pihak amatir, berhasil mempelajari beberapa karakter kunci dari sebuah asteroid raksasa yang memiliki dua bulan (satelit).

Asteroid bernama (87) Sylvia dengan lebar 270 kilometer ini terlihat mempunyai bentuk tidak biasa. Berkat bantuan pihak amatir pula terlihat bahwa (87) Sylvia punyai inti bulat dan padat, dikelilingi dengan lapisan materi yang cukup halus. Sementara itu, bulan terbesar miliknya, Romulus, mempunyai lebar 24 kilometer.

Dikatakan pemimpin studi ini, Franck Marchis, dari Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) Institute di Mountain View, California, AS, temuan ini adalah gabungan pengamatan dari teleskop besar dan kecil. Sehingga menyediakan peluang memahami sifat dari sistem asteroid rangkap tiga yang kompleks.

"Pengetahuan mengenai struktur internal dari asteroid adalah kunci untuk memahami bagaimana planet-planet dari tata surya kita terbentuk," kata Marchis seperti dilansir Senin (7/10).

(87) Sylvia, yang berada di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter, diamati Marchis dan timnya menggunakan teleskop besar. Lengkap dengan sistem optik yang cukup rumit, mirip dengan yang digunakan pada Obstervatorium Keck di Hawaii.

Pengamatan ini membantu para pakar menciptakan sistem model astreoid rangkap tiga. Sehingga bisa diprediksi di mana letak dua bulan di sekitar asteroid utama. Model ini kemudian diujicobakan pada 6 Januari 2013 ketika (87) Sylvia melewati sebuah bintang cerah yang diketahui sebagai peristiwa okultasi.

Barulah kemudian para pakar ini bekerja sama dengan satu grup astronom amatir dan profesional bernama EURASTER. Saat uji coba terjadi, peristiwa okultasi terlihat di langit Prancis hingga Yunani. Sekitar 50 orang mengarahkan teleskopnya untuk menngamati langit dengan okultasi yang bertahan sekitar empat hingga sepuluh detik.

"Tambahannya, empat pengamat kami mendeteksi gerhana dua detik yang disebabkan oleh Romulus, satelit paling luar, dalam posisi relatif dekat dibanding prediksi awal," kata salah satu anggota tim penulis, Jerome Berthier, astronom dari Observatorium Paris.