Ditemukan, Burung Purba Berekor Dua

By , Selasa, 8 Oktober 2013 | 21:29 WIB

Seekor spesies burung purba yang hidup 120 juta tahun lalu memiliki ekor yang panjang dan sebuah ekor kedua yang cukup mengejutkan. Menurut para paleontolog, temuan ini menandakan rumitnya jalur evolusi ekor seperti yang kita lihat pada burung masa kini.Jeholornis, spesies burung tertua kedua yang pernah diketahui, dulunya tinggal di kawasan yang saat ini menjadi negeri Cina. Mereka tinggal bersama dengan sejumlah dinosaurus berbulu lain yang ditemukan di kawasan ini selama dekade terakhir.Dari fosilnya, diketahui bahwa Jeholornis memiliki ukuran sebesar ayam kalkun dan memiliki cakar di bagian depan sayapnya. Ia juga memiliki tiga gigi kecil di rahang bawahnya. Jeholornis awalnya diduga hanya memiliki ekor berbulu yang panjang di buntutnya. Namun saat ini, para paleontolog mengklaim bahwa pada burung tersebut ditemukan ekor kedua yang menghiasinya."Burung berekor bulu ganda seperti Jeholornis ini unik," sebut penelitian yang diketuai oleh Jingmai O'Connor, peneliti dari Chinese Academy of Sciences, Beijing dan dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.Tampil dengan Ekor Dua"Tampak jelas bahwa aspek penampilan dari bulu tersebut tak ada tandingannya," kata Mark Norell, paleontolog dari American Museum of Natural History, New York yang tidak terlilbat dalam studi. "Ini mengingatkan kita pada burung yang ada saat ini, seperti burung merak yang memiliki berbagai macam bulu."Pada burung merak atau burung lain, fitur berbulu seperti itu lebih cenderung berguna untuk menarik perhatian calon pasangan, bukan untuk fungsi lainnya. Berhubung burung jantan saat ini merupakan burung yang memiliki bulu mencolok, para peneliti memperkirakan bahwa hanya satu jenis kelamin saja dari burung Jeholornis yang memiliki bulu yang mencolok mata.Kelebihan Penerbangan Dini?Jeholornis tidak diperkirakan berhubungan langsung dengan burung masa kini yang tampaknya berevolusi dari garis hewan terbang yang berbeda. Para peneliti memprediksi bahwa ekor kedua ini memiliki fungsi sebagai penyeimbang saat burung purba ini sedang terbang dan jika susunan bulu-bulu tersebut terbukti cukup bermanfaat, burung-burung masa kini kemungkinan berevolusi hingga memiliki dua ekor. Peneliti memperkirakan bahwa saat burung ini terbang, ekor tersebut akan merapat hingga tampak lebih rapi.Namun demikian, peneliti lain tidak yakin bahwa bulu ekor yang baru ditemukan ini memiliki peranan besar saat terbang. "Menemukan bulu pada spesimen baru cukup menarik, tetapi kita harus ingat bahwa fitur tersebut sejauh ini baru ditemukan di satu spesies," kata Julia Clarke, paleontolog dari University of Texas yang menyebutkan bahwa bulu tersebut tidak ditemukan di seluruh fosil Jeholornis."Jadi, implikasinya terhadap penerbangan tidak jelas," ucap Clarke. "Itu bisa jadi hanya dimiliki khusus oleh satu spesies ini saja, seperti yang dilaporkan peneliti," sebutnya.