Anggrek Pensil Musnah Dijarah

By , Rabu, 9 Oktober 2013 | 13:55 WIB

Anggrek pensil (Papillionanthe hookeriana) liar di habitatnya, Danau Dendam Tak Sudah, yang masuk dalam Cagar Alam Dusun Besar, Kota Bengkulu, telah habis tak bersisa. Anggrek yang bunganya kecil memikat ini musnah akibat eksploitasi manusia.

Ketua Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Dwi Wahyuni Genefianti, Selasa (8/10), di Bengkulu, mengatakan, hilangnya anggrek pensil lebih disebabkan pencurian daripada bergesernya keseimbangan ekosistem.

Buktinya, tanaman bakung (Crinum asiaticum) tempat anggrek pensil menumpang, masih ada di Danau Dendam. Karena keindahannya, anggrek yang hidup di rawa-rawa ini mendapat First Class Certificate dan dinobatkan sebagai Ratu Anggrek oleh Kerajaan Inggris pada 1882.

Genefianti, 10 - 15 tahun lalu, membeli anggrek pensil dari pedagang keliling. Saat itu ia membeli puluhan batang dan kini tinggal tujuh batang. Sebagian besar tanaman angrek pensilnya dipakai riset oleh sesama dosen.

Anggrek pensil di rumah Genefianti sering berbunga. Bijinya menjadi bahan untuk melakukan kultur jaringan. "Saya punya impian untuk memperbanyak anggrek pensil dan mengembalikan ke habitat aslinya," ujarnya.

Koordinator Pengendali Ekologi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Ika Budianti mengatakan, anggrek pensil di Danau Dendam sudah tidak ditemukan sejak 2001 - 2002. Padahal dalam  publikasi Kebun Raya Bogor tahun 1980-an, anggrek pensil banyak ditemukan di tepi danau.

BKSDA sempat melakukan perbanyakan anggrek pensuil pada 2005 -2006. Ada sekitar 15 batang hail perbanyakan yang disepas di sekitar Danau Dendam dan sempat berbunga sekali. Sebenarnya, ujar Ika, BKSDA ingin kembali memperbanyak populasi anggrek pensil melalui teknik kultur jaringan.

Namun, BKSDA belum menemukan biji anggrek itu untuk diperbanyak. "Kami sudah mencoba perbanyakan dengan cara vegetatif menggunakan pucuk tanamannya, tapi tidak berhasil," ujar Ika.

Genefianti menambahkan, kerusakan hutan di Provinsi Bengkulu dikhawatirkan berakibat pada hilangnya sejumlah angrek khas Bengkulu lain. Seperti anggrek Phalaenopsis sp yang diperjualbelikan.