Jika Anda menghabiskan waktu seharian di meja kerja di kantor, Anda bisa menderita sakit punggung yang parah. Sakit ini utamanya disebabkan oleh posisi duduk berjam-jam sambil mengetik di keyboard.Cukup sulit untuk menghentikan kebiasaan buruk yang menjurus ke sakit punggung. Pasalnya, siapa yang tidak merasa lebih nyaman jika bisa duduk berselonjor di kursi kantor?Inilah alasan dibuatnya LUMOback, perangkat yang bisa dipakai di dalam baju untuk memonitor posisi tubuh dan aktivitas fisik penggunanya. Alat ini akan bergetar jika posisi tubuh penggunanya tidak baik, dan jika terkoneksi dengan smartphone, ia akan memunculkan avatar yang menunjukkan bahwa pengguna harus mengubah posisi tubuhnya.Alat ini juga secara konstan mengumpulkan data tentang berapa lama penggunanya sudah duduk, berapa sering ia berdiri, dan posisi penggunanya saat sedang mengemudikan mobil, ataupun sedang tidur.Beberapa waktu lalu, LUMO Body Tech, Inc., produsen perangkat tersebut sudah melakukan studi tentang dampak teknologi terhadap kesehatan. Berikut ini hasil temuan mereka.Rata-rata orang Amerika, duduk lebih dari 3/4 waktu dalam satu hari pada hari kerja, atau 6,2 jam di antara jam kerja yakni pukul 09.00 sampai 17.00. Selain itu, 60 persen warga Amerika juga melaporkan mengalami efek yang merugikan akibat penggunaan teknologi seperti gadget dan komputer serta duduk di depan meja sepanjang hari di kantor. Separuh dari 60 persen kelompok ini menyebutkan sakit punggung merupakan gejalanya.Selain itu, Persentase responden yang mengalami gejala sakit punggung di kawasan pantai barat AS juga lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Khususnya bagi mereka yang bekerja di Silicon Valley.Meski ada fakta-fakta tersebut, tampaknya LUMOback masih punya tantangan besar. Seperti yang disebutkan oleh CEO Apple, Tim Cook saat mengomentari Google Glass, sulit membuat orang mau mengenakan sesuatu yang tidak ia butuhkan. Apalagi alat tersebut dipasarkan di harga Rp1,7 jutaan.Namun demikian, Monisha Perkash, Chief Executive Officer Lumo menyebutkan, pihaknya akan lebih fokus menawarkan produk ini pada perusahaan yang menyediakan program kesehatan bagi karyawannya. Selain itu, Perkash berharap, ke depan, rumah sakit bersedia membeli ataupun menyewa alat ini.