Baca Juga: Berulang Kali Kuasai Afganistan, Apa yang Sebenarnya Taliban Inginkan?
Selanjutnya pada 2016, melansir kabar dari NBCNews, dua orang profesor di kampus tersebut diculik pada 7 Agustus. Keduanya baru dilepaskan pada November 2019 setelah ditukar dengan tiga tahanan Taliban.
Serangan juga terjadi pada 24 Agustus yang dilakukan oleh tiga pria bersenjata dan meledakan bom di kampus. Akibatnya tujuh mahasiswa, satu polisi, tiga penjaga keamanan kampus, seorang profesor, dan penjaga dari sekolah sebelah American University of Afghanistan.
Meski para pelaku berhasil dilumpuhkan, pihak kepolisian saat itu belum mendapatkan informasi tentang siapa dibalik aksi tersebut, dikutip dari Arab News.
"Masa depan sangat gelap" bagi para cendekiawan, kata Mohammed Aseem Mayar, seorang ilmuwan pengelolaan air di Kabul Polythechnic University, dikutip dari Science. Dia saat ini juga bekerja sebagai dengan para ilmuwan di University of California dan the U.S Geological Survey untuk membangun model risiko banjir di Afganistan.
Baca Juga: Perang Uni Soviet-Afganistan, Awal Kisah Perlawanan Taliban
Mayar bercerita, dirinya beruntung mendapatkan bantuan dari University of Stuttgart untuk pergi ke luar negeri. Tetapi rekan-rekannya yang masih berada di Afganistan, merasa takut akan hari-hari mendatang.
Salah satunya adalah seorang perempuan insinyur di Avicenna University. Dia harus kabur dari apartemennya bersama keluarganya awal pekan ini.
"Taliban datang dari pintu ke pintu mencari kami," kata seseorang yang tidak ingin diungkap namanya. Sebenarnya dia dan keluarganya sudah mengajukan permohonan visa Amerika Serikat enam tahun lalu, tetapi belum ada tanggapan.
Kini ia mengandalkan rekan-rekannya di Amerika untuk menariknya keluar negeri. Dia mengatakan bahwa tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup di Afganistan, dan memprediksi hak hidup perempuan "akan memudar dan tersingkirkan."
Selain itu Khyber Mashal (nama samaran) mengisahkan ceritanya yang hampir terbunuh Taliban dua kali. Upaya pembunuhan itu terjadi pada 2009 di Gardez, bagian tenggara Afganistan, dan 2019 saat dia bekerja di Kementerian Pendidikan.
Baca Juga: Polemik Sci-Hub: Penolong atau Penghambat Perkembangan Sains Dunia?