Mecaq Undat, Syukuran Panen Masyarakat Dayak Kenyah

By , Selasa, 15 Oktober 2013 | 13:30 WIB
()

Siang nan terik ini ditengah lapangan Desa Lekaq Kidau, Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Bayak Garou (87), orang yang dituakan di Dayak Kenyah Lepok Bem, komat-kamit. Di sekelilingnya beberapa tetua adat yang lain mendengarkan dengan saksama.

Bayak Garou memimpin upacara penyembelihan babi. Darahnya akan dipersembahkan bagi dewa-dewa yang sudah berjasa memberikan perlindungan dan tanah yang subur bagi mereka untuk berladang.

“Saya persembahkan sesaji ini untuk engkau wahai Dewa Tanah. Supaya kami dijauhkan dari marabahaya, dan mudahkanlah segala rezeki kami.” ucap Bayak Garou dalam bahasa Dayak, menggunakan serbo, darah babi yang ditampung dalam wadah kemudian dipercikkan ke tanah.

Ritual ini menjadi pembuka pesta panen (Mecaq Undat) yang dilakukan oleh warga Desa Lekaq Kidau. Mayoritas warga desa ini adalah Suku Dayak Kenyah Lepoq Bem. Desa Lekaq Kidau ini baru ditempati sekitar tahun 1998 setelah 87 Kepala Keluarga warga Dayak Kenyah yang mendiami Long Les pindah menuju desa ini.

Petani adalah profesi bagi sebagian besar masyarakat desa ini. Tanah di sekitar desa digarap dan dimanfaatkan sebagai lahan bercocok tanam. Pada suatu ketika saat musim panen tiba, masyarakat desa melakukan pesta panen. Sebagian hasil panen disisihkan untuk Mecaq Undat.

Tahun ini Mecaq Undat diadakan pada tanggal 14 Oktober 2013. Pesertanya dari tiga desa yakni Lung Anai, Sungai Bawai, dan Lekaq Kidau sebagai tuan rumah. Sepanjang jalan desa dipasang hiasan dari guratan kayu bewarna-warni hingga lapangan tempat dihelatnya pesta panen.

Saat kaum laki-laki menyiapkan perahu untuk perlombaan, perempuan Desa Lekaq Kidau menempatkan bambu muda yang sudah di isi tepung beras di perapian. Ini merupakan bagian dari Mecaq Undat yang dilakukan warga Desa Lekaq Kidau, Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara. (Yunaidi/NGT).

Puncak acara dari pesta panen ini adalah menumbuk beras yang sudah dimasukkan ke dalam lesung sepanjang sepuluh meter. Menggunakan elu, kayu sepanjang dua meter, masyarakat menumbuk beras hingga menjadi tepung.

Dibutuhkan waktu hingga 15 menit untuk menumbuk beras hingga menjadi tepung. Proses selanjutnya adalah Meko Undat, beberapa orang wanita mengayak tepung lalu dimasukkan ke dalam bambu muda berisi tepung yang nantinya dibakar hingga matang.

Masyarakat yang datang akan mendapat bagiannya masing-masing. Begitu pula dengan babi yang disembelih, semua bagian tubuh babi akan dibagikan kepada masyarakat.

Mecaq undat tak hanya sebagai ungkapan rasa sukur masayarakat Dayak kepada para pemberi rezeki, namun kebersamaan dan gotong royong dalam pelaksanaan pesta ini memberikan makna yang dalam dari sekedar pesta panen.