Konflik antara macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dan manusia di Jawa Barat bagian selatan terus terjadi. Konflik tersebut bakal terus terjadi jika tidak ada perlindungan kawasan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.”Pertemuan macan tutul jawa dan manusia saat ini mudah terjadi. Penyebab utama kemungkinan adalah akibat pembukaan hutan untuk lahan perkebunan dan pertanian,” kata Hendra W, perwakilan Tim Penyelamatan Satwa dari Taman Safari Indonesia, di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (15/10/2013).Sehari sebelumnya, Tim Penyelamatan Satwa Taman Safari Indonesia (TSI) bekerja sama dengan Forum Konservasi Satwa Liar (Foksi) menangkap seekor macan tutul jawa jantan yang kerap berkeliaran di sekitar permukiman masyarakat Kampung Ciangsana, Desa Girimukti, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Macan tutul jawa bernama Jampang ini berjenis kelamin jantan berusia 7-8 tahun dengan bobot sekitar 50 kilogram.Jampang adalah macan tutul jawa keempat yang dijumpai masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Tiga ekor lain bernasib buruk setelah dituduh mencuri dan membunuh ternak peliharaan warga setempat. Mereka dijerat dan dibunuh oknum warga yang belum paham pentingnya pelestarian satwa dilindungi.Sesuai data International Union for Conservation of Nature tahun 2008, macan tutul jawa tinggal 250 ekor di habitatnya. Sebagian besar macan tutul jawa berada di hutan-hutan selatan Jawa Barat. Di Indonesia, keberadaan macan tutul jawa dilindungi UU No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati.Hendra mengatakan, kematian macan tutul jawa membuat penangkapan ini mendesak dilakukan. Masyarakat setempat semakin kesal dan ketakutan macan tutul jawa akan terus membunuh hewan peliharaan.Karena itu, selain terus menyampaikan pengetahuan perlindungan satwa langka kepada warga, penangkapan dilakukan dengan aturan ketat dan meminimalkan risiko macan tutul jawa terluka. Diperkirakan di sekitar pegunungan dan hutan di Ciemas terdapat 4-5 ekor macan tutul jawa.”Si Jampang selanjutnya dititipkan di TSI. Kami sudah mendapatkan izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Sukabumi untuk menyelamatkan kehidupan Jampang sebelum dilepasliarkan ke daerah yang layak dan aman,” katanya.Koordinator Komunikasi Foksi Ully Rangkuti mengatakan, kehidupan macan tutul jawa di Ciemas tidak lagi mudah. Pembukaan lahan hutan untuk perkebunan teh dan karet hingga lahan pertanian warga setempat membuat babi hutan mendekati permukiman untuk memakan padi dan tanaman budidaya lain. Hal itu memaksa macan tutul jawa mendekati daerah yang sama. Sejauh ini, babi hutan adalah satwa buruan utama macan tutul jawa. ”Penting juga dipikirkan sumber mata pencarian alternatif bagi masyarakat agar mereka tidak mudah membuka lahan baru tempat satwa liar hidup,” katanya.Manajer Taman Satwa Cikembulan Rudi Arifin menilai, penyebab banyak macan tutul jawa mendatangi permukiman antara lain diduga akibat kerusakan habitat, semakin minimnya hewan buruan, dan kekeringan beberapa waktu terakhir. Di pegunungan Syawal diperkirakan populasi macan tutul jawa hanya tersisa 20-30 ekor. Jumlah ini terus menurun.