Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Physical Review Letters, black hole di antariksa kemungkinan tidaklah "botak". Studi terbaru ini menyatakan bahwa black hole cukup berbulu dengan fitur yang cukup masai dibanding keyakinan yang ada selama ini.
Dikatakan Thomas Sotiriou, ahli fisika dari International School for Advanced Studies of Trieste, gambaran mengenai black hole yang diterima selama ini adalah objek yang sederhana. "Yang bisa dicirikan dengan hanya tiga kuantitas: massa, momentum yang kaku, dan muatan listriknya," kata Sotiriou seperti dilansir, Rabu (16/10).
Meski muatan listriknya cukup kecil, para pakar kerap melontarkan ini sebagai salah satu ciri black hole. Teori yang dikembangkan Sotiriou bertentangan dengan apa yang disebutkan astronom John Wheeler --yang membulatkan sebutan "black hole" sekitar 50 tahun lalu.
(Baca: Black Hole juga Ada di Lautan)
Wheeler pernah menyebutkan bahwa black hole tak punya bulu karena kesederhaannya. Kini, "bulu" digunakan sebagai istilah sehari-hari di antara sesama fisikawan sebagai pengganti bagi perhitungan lain untuk menggambarkan black hole yang berbeda dibanding black hole tradisional dengan model tiga kuantitas yang sempat disebutkan di atas.
Untuk studi ini, Sotiriou dan kolega merujuk pada black hole dalam konteks yang ada dalam persamaan teori skalar-tensor gravitasi. Teori ini sangatlah berbeda dengan yang pernah dicetuskan Albert Einstein mengenai relativitas.
Disimpulkan bahwa black hole bisa mengembangkan semacam "bulu" ketika dikelilingi objek umum. "Hal ini tidak bisa terjadi di gambaran pada umumnya," kata Sotiriou.
Ditegaskan Sotiriou bahwa keberadaan "bulu" bisa membantu peneliti mengerti lebih dalam struktur dari black hole. Juga bisa membalikan paradigma yang ada mengingat teori Einstein tidak termasuk bidang skalar.
(Lihat: Ditemukan, Dua Black Hole Terbesar Sepanjang Sejarah)