Sekitar 6.000 orang penggemar sejarah berkumpul dengan memakai kostum guna memerankan kembali salah satu pertempuran paling berdarah Jerman. Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte, saat itu dikalahkan di dekat Leipzig pada Oktober 1813 oleh pasukan gabungan dari Rusia, Austria, Prusia, dan Swedia.
Puluhan ribu penonton menghadiri rekonstruksi yang digambarkan sebagai "rekonsiliasi" ini. Namun, para pemimpin gereja setempat keberatan pertempuran ini dibuat menjadi sebuah permainan. Mereka menganggap acara pada Minggu (20/10) kemarin sama dengan memuliakan pembantaian perang, kata wartawan BBC Damien McGuinness. Menjawab kritik, penyelenggara mengatakan bertujuan menghidupkan kembali sejarah.
Panitia mengatakan, peringatan yang kontroversial ini akan dilakukan dengan damai dan dimaksudkan untuk menghidupkan kembali sejarah. Ribuan orang ikut serta dalam parade ini dengan memakai kumis ala masa itu, yang dicocokkan dengan seragam replika abad ke-19.
Peran Napoleon dimainkan oleh seorang pengacara asal Paris umur 46 tahun, Frank Samson, yang belajar sendiri bahasa Korsika untuk memberikan penampilan lebih otentik sebagai sang kaisar Perancis.
Sebelumnya, sebuah misa okumene diadakan di kota Roetha pada Sabtu (19/10) untuk menandai peringatan ke-200 peristiwa yang juga dikenal dengan Pertempuran Leipzig itu.
TV lokal melaporkan langsung dari tempat kejadian seakan pertempuran sebenarnya sedang terjadi hari ini.
Diperkirakan, sekitar 600.000 tentara turut mengambil bagian dalam serangkaian pertempuran tanggal 16-19 Oktober 1813 dan hampir 100.000 dari mereka kehilangan nyawa. Kemenangan tentara sekutu--termasuk kontingen kecil tentara Inggris--pada saat itu menandai berakhirnya kekuasaan Napoleon atas wilayah Jerman.