Naungan Keberuntungan di Pundak Hitler

By , Rabu, 23 Oktober 2013 | 08:30 WIB

Entah kebetulan atau tidak, sejak bergabung di kemiliteran, kehidupan Adolf Hitler selalu dinaungi keberuntungan. Khususnya dalam urusan maut dan ajal.

Sebagai misal, ketika resimennya terlibat pertempuran hebat dengan pasukan Inggris dan Belgia di Ieper. Dari 3.000 anggota, 2.500 anggota tewas, luka-luka, atau hilang. Hitler termask dari sebagian kecil yang lolos tanpa menderita suatu luka berarti.

Padahal tempat biasa ia berdiri dihujani bom. Ia selalu pindah beberapa detik sebelum bom jatuh. Ia baru mendapat luka pertama ketika terjun dalam medan perang di kota Somme, pada 7 Oktober 1916. Luka yang diderita adalah akibat terkena pecahan mortir.

Setelah Perang Dunia I berakhir, ia termasuk yang selamat meski harus terbaring di rumah sakit sebelum diperbolehkan pulang. Matanya buta sementara akibat gas klorin yang ditembakkan pasukan Inggris.

Keberuntungan terus menyertai ketika ia berkuasa penuh sebagai pemimpin Nazi. Sedikitnya enam kali percobaan pembunuhan terhadap dirinya yang dilakukan orang-orang terdekat, selalu gagal secara aneh. Puncaknya terjadi peristiwa plot 20 Juli.

Pada 20 Juli 1944, sekelompok militer Jerman pimpinan Kolonel Graf von Stauffenberg yang menentang rezim Hitler, berencana meledakan sang Fuhrer di markasnya sendiri. Saat itu Hitler mengadakan konferensi miiter di sebuah wisma kayu di dekat Wolfsschanze (Sarang Serigala), markas besar Hitler.

Kolonel Stauffenberg membawa serta sebuah tas berisi bom waktu. Dengan berpura-pura ke kamar kecil, ia menitipkan tas kepada seorang opsir. Saat ia keluar itulah, bom yang diletakan di samping kaki opsir, meledak.

Namun, lagi-lagi Hitler beruntung. Saat itu, ia tengah mendengarkan paparan dari salah seorang perwira. Posisinya membungkuk, menghadap peta-peta yang terpapar di sebuah meja kayu yang tebal.

Tubuhnya selamat karena terhalangi meja kayu terseut. hanya tangan kanannya lumpuh sementara, sedikit rambut hangus, pakaian koyak, dan punggung terluka terkena reruntuhan bangunan.

Akibat plot 20 Juli, 4.980 orang Jerman dihukum mati. Sebagian ditembak, termasuk Stauffenberg, dan yang lainnya digantung dengan kawat piano.