Isu Rasisme Ancam Piala Dunia 2018

By , Jumat, 25 Oktober 2013 | 13:55 WIB

Para pemain kulit hitam mungkin akan memboikot Piala Dunia 2018 di Rusia, kecuali negara tersebut dapat menangani masalah rasisme dalam pertandingan sepak bola, seperti disampaikan oleh pemain Manchester City Yaya Toure.

"Jika kami tidak yakin saat Piala Dunia, yang akan berlangsung di Rusia, kami tidak akan datang," kata pemain tengah Pantai Gading, seperti dilaporkan kantor berita RIA Novosti.

UEFA tengah menyelidiki pengaduan Toure, bahwa dirinya mengalami kekerasan rasial oleh sejumlah pendukung CSKA pada pertandingan Liga Champions di Moskwa, Rabu (23/10) lalu. CSKA membantah adanya teriakan rasis dalam peristiwa tersebut, dan mengatakan tuduhan Toure itu "mengejutkan dan mengecewakan." Klub Rusia itu akan menghadapi sidang disiplin pada 30 Oktober mendatang.

Jika dinyatakan bersalah, UEFA dapat memaksa CSKA untuk menutup sebagian stadion dalam pertandingan mendatang. Pernyataan yang dikeluarkan klub tersebut mengatakan: "Kami menemukan tak ada hinaan rasis dari pendukung CSKA."

Pemain asal Pantai Gading yang bermain di klub Rusia, Seydou Doumbia, menambahkan: "Saya tidak mendengar (hinaan) seperti itu dari pendukung CSKA. Ya, mereka memang selalu mendukung tim dengan suara berisik dan mencoba untuk memberikan tekanan yang besar kepada lawan kami, tetapi mereka tidak akan meneriakkan kata-kata rasis."

Tetapi, Piara Powar, direktur eksekutif Badan Anti Rasisme dalam Sepak Bola di Eropa, Fare, dan seorang anggota satgas anti diskriminasi FIFA, mendukung Toure. Dia mengatakan: "Yaya Toure sangat tepat dalam mengangkat masalah yang selama ini menghantui pemain Afrika, atau keturunan Afrika, untuk tidak bertanding dalam Piala Dunia 2018--dan tanpa mereka, tak akan ada Piala Dunia di Rusia.

Fare mengidentifikasi spanduk-spanduk yang mendukung partai politik Kanan Jauh Yunani Golden Dawn--yang memiliki simbol mirip swastika--dipajang di sejumlah stadion di bagian timur Eropa, termasuk Rusia, pada bulan lalu.