Hari sudah hampir beranjak siang, namun cuaca panas dan terik sinar matahari sama sekali tidak mematahkan semangat untuk menuntaskan trekking yang sudah dimulai sejak pagi di Loh Liang, salah satu situs di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Sebaliknya, mengobarkan semangat untuk terus melangkahkan kaki sembari menyimak keindahan pantai, hutan, bukit, padang sabana, rawa bakau, aneka flora dan fauna— utamanya tentu saja, komodo.
Dan, bukan hanya keindahan situs ini saja yang mengundang kekaguman, juga kesigapan para jagawana. Devid, misalnya, sigap mengambil sampah apapun yang ia temukan di sepanjang jalur trek, dari putung rokok sampai botol plastik. Baginya, berbuat kebaikan bagi tanah yang dipijaknya jauh lebih baik dan bermanfaat daripada sekadar berwacana.
(Lihat: Tujuh Lambang Kemegahan Flores Barat [I])
Kesigapan yang diperlihatkan Devid, juga jagawana lain, memang sangat dibutuhkan di TNK, mengingat situs ini adalah satu-satunya habitat komodo di dunia yang belum lama ini merambah kemashyuran dalam peringkat New Seven Wonders of Nature.
Upaya konservasi, baik darat dan laut, terus dilakukan bersama oleh pengelola TNK, PT Putri Naga Komodo bersama masyarakat setempat. Pengembangan kepariwisataan berbasis alam TNK memberi keuntungan ekonomis bagi masyarakat setempat, membangun dukungan bagi pelestarian alam. Kegiatannya, antara lain meriset dan memonitor kesehatan situs, dan membangun edukasi bagi komunitas lokal.
Tujuannya tentu saja untuk melindungi dan melestarikan destinasi indah ini. Masyarakat lokal diberdayakan dilibatkan sebagai perajin kriya atau suvenir, pemandu atau jagawana, dive buddy. Wisata berbasis alam secara ekonomi menguntungkan masyarakat lokal.
(Berikutnya: Tujuh Lambang Kemegahan Flores Barat [II])