Ingin merasakan wilayah pinggiran Ibu Kota Kamboja? Saya menyarankan Anda untuk menyinggahi Tonle Bati – danau kecil sekitar 35 kilometer sebelah selatan pusat peradaban negara monarki konstitusional Asia Tenggara ini. Nikmati destinasi favorit warga setempat dengan pilihan wisata: candi yang berbalut sejarah dan danau berair tenang yang menjadi pilihan terdepan para pemancing.
Kuil Pemuja Syiwa Menikmati wisata Tonle Bati tentulah belum lengkapa apabila Anda tidak mengunjungi Ta Prohm. Lantaran memiliki nama yang mirip dengan kompleks candi di Siem Reap, candi ini kerap disebut sebagai Ta Prohm Tonle Bati. Kuil yang terletak sekitar 300 m dari danau merupakan bangunan pemujaan kepada Dewa Syiwa dalam kepercayaan Hindu.
Pendirinya, Raja Jayavarman VII, pemeluk Buddha --juga pendiri kompleks percandian Angkor Thom di Siem Reap. Pembangunan kuil bertujuan sebagai penghormatan atas keragaman keimanan masyarakat Kamboja.
Saya ingin tahu lebih jauh mengenai kuil ini. Berjalan ke arah belakang banguna, saya menjumpai kuil yang lebih kecil. "Di sini terdapat kuil Preah Noreay, seorang dewi Hindu yang dipercayai dapat memberikan keturunan. Jadi tidak heran bila banyak warga berdatangan untuk memanjatkan harapan," sebut Dara Dy, pelancong asal Phnom Penh yang menemani saya. Biasanya, setelah memanjatkan doa, para peziarah berwisata di tepian danau.
Akhir pekan di tepi danau Pemerintah setempat menggerakkan perekonomian lokal dengan membuat semacam plaza terbuka di tepian Tonle Bati, dilengkapi fasilitas cuci dan mandi. Lantas warga setempat membuat pondok-pondok terapung untuk tempat bersantai pengunjung. Saat tamu datang dan memilih tempat, pemilik akan mengambilkan tikar, bantal serta daftar menu untuk pemesanan hidangan.
"Awalnya hanya tersedia camilan, namun akhir-akhir ini ada beberapa hidangan yang dimasak. Biasanya seafood seperti kerang dan udang," ujar Dara. "Kabarnya, para pemasok bahan mentah termasuk hasil tangkapan sungai datang ke sini dan bertransaksi langsung dengan pemilik warung. Di akhir pekan, tempat ini tergolong ramai."
Ditilik dari keberadaannya, Tonle Bati berada dalam kondisi balance atau seimbang. Kelengkapan sarana bagi pengunjung—walau sederhana—berpotensi turut memajukan perekonomian setempat. Namun bertolak belakang dengan kondisi wisata tepi sungai ini, kompleks percandian Ta Prohm dapat disebut berada dalam kondisi danger atau memprihatinkan.
Banyaknya pejalan yang mendatangi tempat ini, serta ketidaksiapan pengelola dalam mewujudkan kenyamanan bagi pengunjung membuat suasana tersimak "kurang rapi".
Padahal, Ta Prohm memiliki potensi bagus untuk tetap dirawat dan dijadikan destinasi wisata percandian. Di dekat situs ini, terdapat kuil Yeah Peau buatan abad ke-12. Kisahnya seolah perpaduan antara legenda Sangkuriang dengan Roro Jonggrang dari bumi Indonesia. Raja Preah Ket Mealea jatuh cinta kepada gadis dusun bernama Peau lalu hubungan ini menghasilkan anak lelaki bernama Prohm.
Raja meninggalkan keduanya dan memberikan sebuah cincin serta pedang sakti sebagai pembukti. Suatu hari Prohm pergi mendatangi raja dan tinggal beberapa tahun bersamanya. Setelah kembali, ia jatuh cinta kepada ibunya sendiri, Peau. Untuk menolak pinangan anaknya, sang ibu membuat syarat bahwa ia dan Prohm akan bertarung siapakah yang paling cepat membuat candi dalam semalam. Sang anak dapat dikalahkan, karena para perempuan desa menyalakan lilin yang disangka bintang pagi.