Setelah mengalami kekosongan jabatan Sultan selama 18 bulan pascawafatnya Sultan Tidore ke-36, Jafar Syah, pada April 2012 lalu, Kesultanan Tidore, Sabtu, (26/10), lalu menggelar ritual adat Kota Fin.
Kota Fin, berarti "mengantar calon", adalah prosesi adat di mana perwakilan empat marga besar (Fola Yade, Fola Akesahu, Fola Rum, dan Fola Bagus) yang berhak dicalonkan menjadi Sultan telah memilih 12 nama Calon Sultan. Mereka kemudian mengantar nama tersebut ke Kedaton Kesultanan Tidore (Kadato Kie), untuk diproses lebih lanjut secara hukum adat. Di Kadato Kie, nantinya diputuskan siapa yang berhak menjadi Sultan Tidore yang ke-37.
Ritual Kota Fin diawali dengan berkumpulnya keempat marga besar di rumah adat (Fola Ijo) untuk mendoakan ke-12 nama calon Sultan. Jojau (atau Perdana Menteri) selaku pimpinan tertinggi sementara Kesultanan Tidore, menerima ke-12 nama calon Sultan, dan segera menyampaikan wejangan kepada seluruh perangkat adat kesultanan dan masyarakat Kota Tidore kepulauan yang hadir mengenai makna Kesultanan.
Siapa pun yang nantinya terpilih menjadi Sultan Tidore maka wajib hukumnya memiliki pengetahuan tentang hal-ihwal dunia dan akhirat. Dan ritual adat Kota Fin ini dilaksanakan untuk menyaring dengan benar siapa yang berhak menjadi Sultan Tidore selanjutnya. Masyarakat Tidore percaya bahwa penentuan calon Sultan akan melibatkan dunia mistis, karenanya prosesi ini disebut prosesi "Syariat" dan prosesi "Hakikat".
"Kesultanan Tidore memiliki ciri pemerintahan yang unik, salah satunya adalah tidak ada jabatan Putera Mahkota, sehingga setiap pergantian Sultan selalu dilakukan melalui pemilihan calon Sultan. Hal ini menandakan adanya prinsip demokrasi yang telah berlaku sejak ratusan tahun lalu," ujar Ishak Naser, seorang Sowohi Kie, salah satu jabatan dalam perangkat adat kesultanan Tidore. Ritual Kota Fin ini sendiri, Ishak menambahkan, merupakan salah satu rangkaian dari proses pengangkatan Sultan. Ke depan masih ada ritual adat lainnya yang harus dilaksanakan perangkat adat kesultanan sampai masa penobatan Sultan yang diperkirakan akan terlaksana pada Maret 2014.
Walikota Tidore Kepulauan, Achmad Mahifa yang turut menghadiri prosesi ini, di sela-sela acara mengatakan bahwa ritual Kota Fin merupakan pembelajaran bagi masyarakat maupun generasi yang akan datang, sehingga nilai-nilai adat dan kearifan lokal dapat terpelihara dengan baik. "Semua pihak hendaknya menghormati prosesi ini. Siapa pun yang terpilih sebagai Sultan, mesti diterima dengan lapang dada," katanya.