Balita Bisa Bedakan Baik dan Buruk?

By , Selasa, 29 Oktober 2013 | 14:50 WIB

Paul Bloom, penulis buku Just Babies: The origins of good and evil menyatakan bahwa moralitas juga mengalami evolusi, bayi cenderung menyukai "hal-hal yang baik". Termasuk tokoh dalam sebuah film kartun.

Dalam bukunya, Paul Bloom ingin menekankan bahwa moralitas, atau akar sejarahnya, berasal dari perjalanan evolusi sehingga bayi pun bisa membedakan kebaikan dan kejahatan. Profesor di Yale University ini menyanggah paham yang dianut selama ini bahwa manusia terlahir dengan "kertas putih", dan mengajukan pendapat bahwa manusia sejak lahir sudah memiliki moral yang universal (cenderung pada kebaikan).

Untuk mencapai kesimpulan ini, Bloom telah melakukan serangkaian penelitian, termasuk studi tentang permainan boneka sebagaimana diulas New Scientist (28/10). Dalam eksperimennya, seorang bayi berusia tiga bulan dihadapkan pada boneka-boneka berkarakter baik dan jahat. Hasilnya, sang bayi cenderung menyukai tokoh yang baik, dan lebih suka boneka berkarakter baik itu dimainkan lebih lama. Selain penelitian pada bayi, Bloom juga bereksperimen dengan subjek orang dewasa dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk suku-suku pedalaman yang masih "berburu dan meramu".

Bloom juga menemukan bahwa manusia tidak dilahirkan dalam keadaan rasis. Pada usia tiga tahun, anak-anak tidak memilih teman main berdasarkan ras tertentu. Namun, dalam perkembangannya rasialisme bisa muncul dalam keadaan tertentu.