Ribuan warga Suriah akhirnya diizinkan meninggalkan Muadhamiya yang terkepung di pinggiran Damaskus setelah blokade dilonggarkan oleh pasukan pemerintah.
Wartawan BBC Lyse Doucet, yang berada di lokasi itu, mengatakan warga dalam kondisi menyedihkan berduyun-duyun meninggalkan Muadhamiya yang terkepung sejak Maret lalu. Banyak warga, jelas Doucet, dibawa dengan tandu sementara sebagian dari mereka menangis.
Pasokan makanan, air, dan obat-obatan di Muadhamiya sangat sedikit, dan penduduk sebelumnya telah meminta aparat berwenang agar diperbolehkan keluar untuk menghindari kelaparan. "Kami tidak pernah melihat sepotong roti selama sembilan bulan," kata seorang perempuan kepada BBC. "Kami memakan daun dan rumput."
Seorang anak perempuan dan adiknya memegang roti yang disalurkan oleh Masyarakat Sabit Merah Arab Suriah sambil mengatakan, "Kami semua sakit."
(Baca juga: Penanganan Wabah Polio di Suriah Terkendala Konflik)
Sebelumnya, militer Suriah mengatakan kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak di Damaskus mempunyai dua pilihan, menyerahkan diri atau kelaparan. Menteri Sosial Kinda Al Shamamat, yang menangani evakuasi warga, menuduh pemberontak menyusup ke Muadhamiya. Namun, pemberontak menuduh pasukan pemerintah berusaha membuat penduduk kelaparan agar tunduk pada pemerintah. Meskipun penduduk sipil melarikan diri, pasukan pemberontak tetap mendiami kawasan di pinggiran ibu kota Damaskus itu.
Setidaknya tiga kawasan pinggiran ibu kota, Yarmouk, Ghouta Timur, dan Muadhamiya, dikepung oleh pasukan pemerintah selama berbulan-bulan terakhir. Awal bulan ini, para ulama mengeluarkan fatwa bagi penduduk yang tinggal di daerah yang terkepung di luar Damaskus untuk mengonsumsi daging kucing, anjing, dan keledai guna mengatasi kelaparan. Mereka juga menyerukan bantuan dunia karena kondisi parah di pinggiran ibu kota.