Fenomena Hujan dan Kering dalam Satu Wilayah

By , Kamis, 31 Oktober 2013 | 14:20 WIB

Hujan deras mengguyur kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Selasa (29/10) lalu. Sebagian pengguna jalan menyesaki halte untuk berteduh. Di beberapa lokasi di Ciputat, berjarak kurang dari delapan kilometer, pengguna jalan melenggang tanpa rintik gerimis.

Hampir sama terjadi di tempat-tempat berbeda seluruh Indonesia. Barangkali menjadi hal jamak, ketika hujan dan cuaca terang terjadi bersamaan dalam radius kurang dari lima kilometer.

Mulyono R Prabowo, Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG, mengatakan kondisi ini merupakan fenomena cuaca yang biasa di Indonesia, disebabkan beberapa faktor antaranya kondisi lingkungan mikro serta faktor angin yang membawa massa air bakal hujan.

DI atas kawasan dengan tutupan yang relatif masih baik, memiliki uap yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan padat bangunan gedung. "Angin dengan massa air yang melewati kawasan hijau cenderung menjadi hujan, daripada ketika melintasi kawasan padat bangunan. Tidak harus selalu jadi hujan, tapi kecenderungannya begitu," kata Mulyono.

Adanya pengaruh kondisi permukaan tanah (topografi) yang lebih hijau itulah yang menjelaskan, dalam konteks ibukota Jakarta, mengapa kawasan Ragunan, Lenteng Agung, dan Pasar Minggu menjadi zona basah. Artinya, memiliki curah hujan lebih tinggi.

Dengan pemahaman yang hampir sama, bisa terjelaskan mengapa daerah dataran tinggi atau perbukitan seperti Bogor memiliki curah hujan relatif lebih tinggi. Udara lebih lembab, hujan pun lebih sering turun dibandingkan dengan kawasan perkotaan.

Zona musim

Sejak pekan pertama Oktober 2013, sebagian besar wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan sebagian Sumatera Selatan sudah memasuki musim hujan. Bahkan, sebagian daerah dilanda banjir akibat hujan deras pada minggu ketiga Oktober, seperti di Banda Aceh, Medan, Langkat, Padang, dan Pekanbaru.

Hampir tidak mungkin memperkirakan cuaca selalu akurat di semua wilayah, karena berbagai faktor topografis dan geografis. BMKG membagi Indonesia ke dalam 342 zona musim (ZOM). Zona musim menunjuk pada daerah-daerah dengan batas musim yang jelas. 

Sementara sejumlah daerah saat ini sedang mengalami transisi menuju musim hujan, di antaranya wilayah Jawa Barat bagian timur dan selatan, Jakarta, Bogor, Tangerang, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

"Waspadai karakter bahaya pada musim peralihan," kata Achmad Zakir, Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG. Salah satu ciri mencolok adalah hujan sporadis (deras ataupun tidak) selama kurang dari satu jam, umumnya pada sore hari. Saat pagi, cuaca terlihat cerah.

Tak jarang hujan disertai angin kencang dan petir menggelegar. Khusus untuk daerah di perbatasan antara bukit dengan dataran rendah, transisi musim sering membawa bahaya lain: bencana puting beliung.

Musim hujan mungkin belum tiba di sebagian besar wilayah Tanah Air. Namun, sejumlah tanda di banyak daerah sudah memberi pesan pentingnya kewaspadaan dan antisipasi. Kini saatnya memperhatikan sekeliling rumah dan ruang publik.

Tidak perlu menunggu jatuh korban sekadar untuk memangkas ranting atau batang pohon yang rapuh. Apalagi, datangnya hujan dan angin kerapkali tidak jelas — baik waktu maupun lokasinya.