Sungai Citarum dan Kalimantan Masuk dalam 10 Besar Lokasi Tercemar di Dunia

By , Rabu, 6 November 2013 | 14:56 WIB
()

Ratusan juta manusia di dunia berisiko terpapar bahan beracun yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Sejumlah pakar mengingatkan hal ini hari Senin, 4 November 2013 silam saat menerbitkan tulisan berisi daftar wilayah-wilayah di dunia dengan kondisi lingkungan terburuk.

"Kami memperkirakan bahwa kesehatan sekitar 200 juta orang kini tengah beresiko akibat polusi yang berada di dunia ketiga," ungkap Richard Fuller, yang memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga Blacksmith Institute di Amerika Serikat.

Dalam daftar terbaru yang dirilis oleh Blacksmith Institute ini, dua wilayah di Indonesia tahun ini masuk sebagai pendatang baru sebagai lokasi paling parah terpapapar polutan akibat limbah industri maupun rumah tangga. Pertama adalah kawasan Sungai Citarum di Jawa Barat, sungai yang menjadi sumber penghidupan bagi sekitar 9 juta manusia yang hidup di sekitarnya, dan juga bagi sekitar 2.000 pabrik yang berdiri di sepanjang aliran sungai tersebut.

Sungai ini, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Blacksmith Institute dan Green Cross Switzerland ini Sungai Citarum yang digunakan sebagai sumber air untuk mengairi sawah dan wilayah pertanian lainnya, terkontaminasi limbah yang mengandung aluminium dan mangan. Dari hasil tes yang dilakukan di lokasi tersebut air yang biasa diminum oleh warga di sekitar Sungai Citarum berada di evel sangat berbahaya karena 1.000 kali di atas standar berbahaya yang ditetapkan di Amerika Serikat.

Kawasan lain yang juga dinilai sebagai satu dari sepuluh kawasan paling terpolusi di dunia adalah Kalimantan, Indonesia. Pulau ini menjadi pulau paling rusak secara lingkungan dan berbahaya bagi manusia akibat maraknya berbagai aktivitas penambangan emas ilegal yang terjadi di berbagai wilayah pedalaman. Sebagian besar penambang emas ini menggunakan merkuri untuk memurnikan emas dan memisahkannya dari logam lainnya lewat media air. Dalam proses ekstraksi ini, ratusan ribu liter air terkontaminasi merkuri dan kembali memasuki aliran-aliran utama sungai yang menjadi sumber air bagi masyarakat yang ada di sepanjang sungai ini.

Terkait paparan merkuri ini, Indonesia ternyata tidak memiliki data terkait jumlah merkuri dan pencemaran yang terjadi di sejumlah sungai di tanah air. Hal ini terungkap dari paparan Profesor Takanobu Inoue dari Jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil Sekolah Teknik Toyohashi di Jepang yang telah melakukan penelitian terkait pencemaran merkuri di sungai-sungai di Indonesia selama lebih dari satu dekade. Sumber terbesar dari racun merkuri, menurut sang profesor, berasal dari penambangan emas skala kecil yang dilakukan secara mandiri oleh penambang-penambang rakyat.

Sungai Citarum dan Kalimantan, kini masuk dalam 10 besar lokasi paling terpolusi di Bumi. (Blacksmith Institute)

Merkuri adalah jenis metal yang bisa menyebabkan kecacatan serta kematian bagi orang yang terkontaminasi, dan juga kepada keluarga mereka yang ikut terpapar melalui baju dan barang-barang lain yang digunakan oleh penambang. Jika tahap keracunan ini sudah akut maka akan berakibat pada kerusakan ginjal dan sistem reproduksi. Hal yang sama bisa juga terjadi dengan paru-paru dan sistem syaraf yang akan mengalami kerusakan berat.

"Sangat penting untuk mendidik orang-orang tentang dampak bahaya dari racun merkuri," ungkap Inoue. "Namun hanya sedikit peneliti lingkungan di negeri ini, dan peralatan yang mereka miliki untuk mengukur tingkat paparan racun sangat terbatas, demikian juga dengan dana dan dukungan pemerintah."

Akibatnya, informasi kuantitatif terkait tingkat paparan racun merkuri setiap tahun seringkali tidak akurat. Lembaga seperti UNEP (United Nations Environment Program) memperkirakan bahwa tahun 2011 sekitar 70 ton merkuri sudah mencemari lingkungan.

Untuk mengunduh laporan lengkap dari Blacksmith Institute dan Green Cross Switzerland ini, silakan klik di link ini: http://www.worstpolluted.org/docs/TopTenThreats2013.pdf