Siapakah ilmuwan paling berpengaruh di dunia? Benarkah Albert Einstein, Stephen Hawking, dan Charles Darwin adalah yang paling berpengaruh?
Situs jejaring Scholarometer yang dikembangkan oleh Filipi Menczer, pakar informatika dari Indiana Universty of Bloomington, dan rekannya, Jasleen Kaur dan Filipo Radicchi, mengungkap bahwa baik Darwin, Einstein, maupun Hawking bukan yang paling berpengaruh.
Diberitakan Nature, Rabu (6/11), ilmuwan paling berpengaruh sepanjang masa menurut situs itu secara berurutan adalah Karl Marx (sejarawan), Sigmund Freud (psikolog), dan Edward Witten (fisikawan).
Karl Marx dikenal sebagai pencetus gerakan Marxisme dan penulis buku yang melegenda, Das Kapital. Sigmund Freud dikenal sebagai pengembang psikoanalisis. Sementara itu, Witten dikenal sebagai satu-satunya fisikawan yang meraih Field Medal, penghargaan dalam bidang matematika.
Bagaimana Scholarometer menyusun ranking ilmuwan paling berpengaruh di dunia tersebut? Bagaimana pula membandingkan mereka yang jelas berasal dari disiplin ilmu berbeda?
Salah satu parameter untuk menentukan pengaruh seorang ilmuwan adalah sitasi atau kutipan dalam makalah ilmiahnya. Selama ini, ada hambatan dalam menyusun ranking pengaruh karena ditasi di satu bidang dengan bidang yang lain berbeda.
Sebagai contoh, seorang ahli biokmia yang biasa-biasa saja punya lebih banyak rujukan daripada seorang matematikawan karena biokimia lebih menarik dan lebih banyak dikaji.
Untuk menyusun ranking ilmuwan paling berpengaruh dan membandingkan antar-bidang, Menczer dan rekan mengembangkan h-index.
H-index digunakan untuk "menetralkan" bias antar-dispilin ilmu dalam penyusunan ranking. Sementara itu, untuk mengukur h-index, Menczer dan rekannya masih bergantung pada Google Scholar. Ranking bisa terus diperbarui.
H-index digunakan sebagai pembagi. Menzer mengukur berapa kali lebih besar dari skor h-index seorang ilmuwan.
Terungkap, Marx punya skor 22 kali h-index dibandingkan rata-rata sejarawan dan 11 kali h-index dibandingkan rata-rata ekonom. Sementara itu, Witten punya skor 13 kali h-indexdibandingkan rata-rata fisikawan.
Werner Marx dari Max Planck Institute for Solid State Research di Stuttgart mengungkapkan, sulit mengatakan bahwa penyusunan ranking ini bisa konsisten. Akurasi ranking masih tergantung pada Google Scholar yang juga punya kelemahan.
Namun, Menczer mengatakan, yang terpenting di sini adalah memungkinkan orang berpikir di luar disiplin mereka.