“Saya senang bisa pulang kampung,” ujar Karina Kartika Sari Dewi Soekarno dalam acara makan siang bersama jurnalis di Erasmushuis, Jakarta Selatan (7/11). Kartika merupakan putri termuda dari mendiang Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno. Masa kecilnya dihabiskan di kota mode dunia, Paris.Kartika berkisah sejak tiga tahun lalu dia tinggal di Jakarta karena harus mengikuti pekerjaan suaminya. Selama di Indonesia dia dan keluarganya kerap melancong. Dia pun mengisahkan tentang kesan keindahan tempat-tempat di Indonesia, namun sekaligus juga kesan kesedihan tatkala menyaksikan sampah.Menurutnya, sampah plastik telah bertebaran di mana-mana sementara jumlah tempat sampah tampaknya tak mencukupi. Kartika berujar, “Bencana itu adalah soal sampah.” Siang itu, Erasmushuis bekerja sama dengan Kartika Soekarno Foundation menayangkan cuplikan film dokumenter Trashed yang disutradarai oleh Candida Brady dan dibintangi oleh pesohor asal inggris, Jeremy Irons. Sebagian dari kita mungkin masih ingat salah satu penampilan Jeremy di film The Man in the Iron Mask atau dalam Die Hard with a Vengeance bersama Bruce Willis.Film Trashed bercerita tentang ulah manusia yang tak bertanggung jawab dengan membuang sampah dan limbah secara berlebihan. Akibatnya, timbulnya krisis sampah global, meningkatnya biaya lingkungan, kesehatan, dan masalah kemanusiaan. Pemutaran perdana film ini digelar pada Cannes Film Festival 2012, dan mendapat nominasi sebagai film dokumenter terbaik pada Raindance Film Festival.Kartika berharap film ini menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sampah plastik, sehingga ada perubahan dalam gaya hidup modern. “Saya berharap film ini dapat memberikan dampak yang kuat terhadap pemangku kepentingan, dan masyarakat.” Pada kesempatan yang sama, Efransyah selaku CEO World Wide Fund for Nature Indonesia (WWF-Indonesia) mengatakan masalah sampah kian bertambah, tak hanya di kawasan regional tetapi juga telah menjadi masalah global. “Kami berharap masyarakat sadar bahwa sampah tak hanya berdampak pada kesehatan manusia,” ungkap Efransyah, “tetapi juga jutaan ekosistem.”“Sampah adalah cerminan dari pola konsumsi kita,” ungkap Efransyah. “Ini menjadi suatu pilihan bagaimana kita akan mengubah gaya hidup.” Masyarakat, demikian menurut Efransyah, dapat melakukan perubahan gaya hidup dari perilaku yang paling sepele, misal selalu membawa botol minum sendiri, tas belanja sendiri, hemat energi, dan menggunakan transportasi umum. “Permasalahan yang disampaikan dalam film ini merupakan masalah sampah global. Bukan hanya Indonesia, tetapi juga negara-negara lain,” ujar Wouter Plomp selaku perwakilan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda. Wouter yang duduk di samping Kartika pun mengingatkan, “Jangan lupa untuk datang ke Erasmus Huis untuk menyaksikan pemutaran perdana Trashed.” Acara pemutaran perdana film tersebut digelar pada Senin, 11 November 2013 yang turut dihadiri Jeremy Irons. Pemutaran perdana tersebut sekaligus membuka acara festival film dokumenter Erasmusindocs yang diselenggarakan pada 12-16 November 2013 di Erasmus Huis, Jakarta. Film ini tak hanya menjadi tontonan masyarakat Jakarta, WWF-Indonesia juga memutar film ini di 31 kota di Nusantara.