Diabetes adalah salah satu penyakit di bidang endokrinologi yang paling besar jumlahnya. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007 menyebutkan prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia sekitar 5,7 persen.Jumlah ini diperkirakan akan meningkat di tahun mendatang. Bahkan WHO memprediksi, bila pola pengelolaan diabetes masih seperti saat ini, tahun 2030 nanti akan ada sekitar 21,3 juta orang diabetes di Indonesia.Menurut dr. Em Yunir, SpPD-KEMD , Kepala Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu penyakit Dalam FKUI/RSCM mengatakan kelainan kaki diabetik terjadi akibat gula darah tidak terkontrol dalam jangka panjang.“Akibatnya, akan terjadi kerusakan syaraf dan gangguan pembuluh darah. Penyandang diabetes tidak lagi dapat merasakan panas atau dingin, sakit pada tangan dan kaki.”Gejala yang sering dirasakan seperti baal dan lemah pada kaki dan tangan. “Sementara kerusakan pada pembuluh darah menyebabkan penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah hingga mengganggu aliran darah ke tungkai.”Infeksi kaki diabetik jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan gangren menjadi semakin luas dan berat. “Jaringan di sekitar luka akan mati (nekrotik) dan membusuk dengan warna kehitaman sehingga tidak dapat diselamatkan. Atau adanya gangguan syaraf tepi yang sering terlambat dibawa ke dokter atau rumah sakit. Akibatnya, harus diamputasi dan kematian.”Pada kondisi pembuluh darah yang tersumbat atau menyempit, “Dapat dilakukan upaya membuka sumbatan dengan melakukan tindakan vascular intervensi dengan cara ballooning. Dilanjutkan dengan tindakan pemasangan sten atau ring pada pembuluh darah kaki yang mengalami masalah.” Proses sembuh tidaknya luka pada kaki diabetik ini akan ditentukan oleh teratasi atau tidaknya faktor-faktor lain.Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) secara teratur melakukan pelatihan pada dokter atau perawat.“Namun, penyandang diabetes juga harus terus diedukasi dan diimbau selalu waspada terhadap kelainan yang timbul pada kaki, seperti penebalan kulit kering, kalus kuku, pembengkakan, deformitas, atau warna permukaan kulit.”Yunir menyarankan beberapa hal penting seperti lakukan kontrol rutin ke dokter. “Jangan memakai sepatu sempit, bertumit tinggi, ujung sepatu yang runcing ke depan serta menghindari bahan kimia dan benda tajam, serta melakukan pola hidup sehat.”