Varietas tebu transgenik telah dihasilkan Indonesia. Untuk introduksi tebu hasil rekayasa genetika pada petani dikeluarkan sertifikat keamanan terhadap lingkungan dan pangan. Ada pun sertifikat untuk keamanan pakan masih dalam proses pengkajian di Kementerian Pertanian.
Hal itu disampaikan Dewi Suryani Oktavia, Program Manager Indonesian Biotechnology Information Center, dalam lokakarya regional untuk praktisi media bertajuk "Biosafety and Biotechnology for Food Security and Sustainable Agriculture" pada Selasa (12/11) di Bogor.
Titi Rahayu, Asisten Advokasi Biotechnology Outreach-Departemena Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyatakan, saat ini ada 12 produk transgenik yang telah mendapat sertifikat keamanan pangan di Indonesia. Antara lain jagung, kedelai, dan tebu.
Dalam pengembangan teknologi transgenik, pihaknya mempromosikan teknologi yang aman dan berdaya saing tinggi, hasil pengembangan di AS. Di negara itu, teknologi transgenik mulai dikembangkan tahun 1996 untuk mendapatkan varietas tahan kekeringan.
Tebu transgenik dihasilkan oleh tim peneliti Universitas Jember, yang dipimpin Prof Bambang Sugiharto. Penelitian yang bekerja sama dengan dengan PTPN XI di Jawa Timur itu menghasilkan tebu yang tahan kekeringan.
Selain tebu, riset transgenik pun dilakukan pada padi. Produk hasil rekayasa dihasilkan oleh peneliti pada Puslit Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Sementara itu, ada padi emas, yaitu padi transgenik yang disisipi vitamin A, hasil penelitian dari IRRI Filipina. Padi tersebut disilangkan dengan padi lokal oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, dan penanaman padi hasil persilangan kini diujicobakan di Desa Muara, Kabupaten Bogor.