Musik Angklung Digelar di Seantero Kota Bandung

By , Minggu, 17 November 2013 | 16:00 WIB

Dalam rangka Hari Angklung, Sabtu (16/11), pertunjukan musik angklung diselenggarakan di sejumlah tempat di Kota Bandung, Jawa Barat. Tepat pukul 10.00, ratusan orang di 10 titik di Kota Bandung membunyikan angklung secara serentak selama 10 detik.

Sepuluh titik tersebut salah satunya di pendopo rumah jabatan wali kota. Tepat pukul 10.00, suasana pendopo amat semarak dan mengharukan dengan digemakannya ratusan angklung oleh paling tidak 200 siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Ny Artalia Ridwan Kamil juga turut membunyikan angklung.

”Dengan dibunyikan angklung selama 10 detik ini secara simbolis kami ingin menunjukkan bahwa di Indonesia, khususnya di Bandung, angklung masih eksis, dan ini juga salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Kota Bandung untuk terus mengembangkan angklung sebagai budaya Indonesia,” kata Ridwan.

Hari Angklung diperingati setiap 16 November, sejak UNESCO menetapkan angklung sebagai warisan budaya asli Indonesia pada 16 November 2010.

Setelah angklung digemakan selama 10 detik, acara dilanjutkan oleh tim angklung di 10 titik itu dengan melantunkan lagu kebangsaan ”Halo-Halo Bandung”, juga lagu-lagu pop. Ridwan Kamil bahkan turut berjoget dalam acara yang akan diunggah ke situs Youtube tersebut.

Sementara itu di satu titik lainnya, di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka, digelar festival musik angklung bertajuk ”Angklung Pride”. Hadir dalam acara itu sejumlah anggota DPR, pejabat di Direktorat Jenderal Kesenian dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, anggota DPRD Jabar, dan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Jawa Barat Nunung Sobari.

Acara itu ditandai dengan pergelaran kolosal angklung yang dimainkan oleh 500 siswa SMA/ MTs di Jawa Barat. Undangan yang hadir pun turut memainkan angklung yang dipandu oleh Ketua Yayasan Saung Angklung Udjo, Sam Udjo. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah memperhatikan eksistensi dan perkembangan angklung sebagai sebuah warisan budaya nasional.

Dalam acara di pendopo rumah jabatan wali kota Bandung, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Heri M Djauhari mengatakan, pertunjukan musik angklung secara serentak di Kota Bandung juga bertujuan mengenalkan kepada generasi penerus agar tidak melupakan budaya angklung.

”Direncanakan, angklung akan diarahkan untuk diwajibkan dalam kegiatan ekstra kurikuler di semua sekolah dari SD sampai SMA di Bandung. Sebab, saat ini, belum semua sekolah ada ekstra kurikuler angklung. Ke depan, anak-anak muda diharapkan bukan sekadar mengenal, melainkan mereka juga bisa memainkan angklung. Jadi angklung benar- benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Heri.

Keberadaan Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan salah satu bukti upaya melestarikan dan mengembangkan musik angklung sebagai seni dan budaya tradisional Sunda. SAU didirikan pada tahun 1966 oleh seniman Sunda, Udjo Ngalagena, bersama istrinya, Uum Sumiati.

Dalam perjalanannya, SAU mengilustrasikan alam dan budaya dalam keharmonisan, jati diri kearifan lokal budaya Sunda. Sam Udjo mengatakan, SAU merupakan tempat pertunjukan terpadu yang terdiri dari tempat pertunjukan, pusat kerajinan bambu dan alat instrumen bambu.