Di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, para pakar berbagai disiplin mengenang seabad wafatnya Alfred Russel Wallace—Wallace100. Konferensi Internasional Kedua yang bertajuk Alfred Russel Wallace dan Wallacea itu tak sekadar mengenang sang naturalis, tapi juga membahas masa depan kawasan Wallacea.Siapa sejatinya Alfred Russel Wallace? “Dia lahir pada 8 Januari 1823 dan meninggal pada 7 November 1913, pada usia 90 tahun,” jelas Jatna Supriatna, ketua Komite Sains konferensi itu.
Alfred Russel Wallace dikenal sebagai naturalis Inggris yang luar biasa. “Dia seorang ahli biologi, antropolog, ahli geografi, sosial, dan bahkan seorang supranaturalis,” imbuh Jatna. Dia menjelaskan bahwa Wallace juga seorang penemu teori evolusi pada 1858.Komunitas ilmuwan dunia menabalkan Wallace dan Charles Darwin sebagai penemu-bersama teori evolusi. Dan itu ada kisahnya di NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA Edisi Desember 2008.Dari Ternate, pada 9 Maret 1858, Wallace mengirimkan surat berisi catatan dan makalah penelitiannya lewat kapal pos Belanda yang berlayar ke Eropa. Surat itu untuk Charles Darwin, dengan lampiran naskah Wallace: “On the Tendency of Varieties to depart indefinitely from the Original Type.”Naskah itu menguraikan tentang sebuah teori evolusi (meski tak dinamakan begitu) melalui seleksi alam (juga tidak menggunakan istilah itu) yang amat mirip dengan teori yang dikembangkan Darwin, tetapi belum dipublikasikan.Kendati masih dalam bayang-bayang Darwin sebagai penemu teori evolusi, beberapa dasawarsa belakangan ini kemahsyuran Wallace dihidupkan kembali. Fotonya kini digantung di samping foto lama Darwin di ruang rapat Linnean Society di London. Kepada perkumpulan ilmiah inilah penemuan-bersama Darwin-Wallace diumumkan 150 tahun lalu pada 1 Juli 1858 malam.Dari penelitian panjang di Nusantara selama akhir 1850-an hingga awal 1860-an, Wallace juga menulis makalah “On the Zoological Geography of The Malay Archipelago.” Naskah ini mengulas penyebaran satwa untuk mengenali dua wilayah biogeografi yang sangat berbeda: India dan Australia. Tariklah garis melalui Selat Makassar dan Selat Lombok, maka akan terlihat fauna di barat berbeda dengan sisi timur.
Wallace mencatat, fakta itu hanya bisa dijelaskan dengan penerimaan penuh atas perubahan besar di permukaan Bumi. Itu juga berarti bahwa sejarah, evolusi, sebaran ekologis, dan perubahan geologislah yang menata persebaran fauna Nusantara. Adalah ahli anatomi Thomas H. Huxley yang menyebut batas timur-barat itu sebagai garis Wallace dan nama itu tetap abadi. “Konsep garis Wallace begitu bersejarah, memisahkan kawasan barat Indonesia dan Australia,” papar Jatna. Di sisi timur garis, membentang kawasan Wallacea yang mencakup Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara sebagai zona transisi yang terkurung dari Asia ataupun Australia oleh laut dalam. Kini dunia menyaksikan, dua warisan agung Wallace lahir dari bumi Nusantara. Yang pertama, teori evolusi lahir di Ternate, dan kedua wilayah Wallacea yang abadi berada di jantung Indonesia.