"Dalam 15-20 Tahun ke Depan, Minyak Bumi Indonesia Habis"

By , Rabu, 20 November 2013 | 08:00 WIB

"Open house ini merupakan salah satu upaya Puslit Biotek untuk menginformasikan kegiatan dan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat," ungkap Witjaksono, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi Lipi saat membuka kegiatan sosialisasi ini di Gedung Auditorium Puslit Bioteknologi LIPI, Cibinong, Jawa Barat, 19 November 2013.

Pada hari pertama ini, ada empat peneliti yang memaparkan hasil penelitian yang aplikatif dan bermanfaat bagi masyarakat. Pemaparan penelitian dibuka oleh Yopi, Koordinator Program Biorefinery. "Dalam 15-20 tahun ke depan, Indonesia akan habis minyak buminya," ujarnya. Oleh karena itulah ia mengajukan biomassa yang bisa didapatkan dari limbah sawit, limbah padi seperti gabah, juga mikroalga, sebagai pengganti minyak bumi.

"Biorefinery ini sangat tepat diterapkan di Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan," lanjutnya. Yopi berharap, dengan karakteristik setiap pulau yang berbeda, biomassa juga bisa didapatkan dari bahan yang beragam sesuai dengan karakteristik masing-masing pulau, hingga tercipta kemandirian energi di setiap daerah. Dengan penelitian ini ia berharap, daerah yang sulit mendapatkan minyak bumi akan terbantu. Ia optimis bahwa sekitar sepuluh tahun ke depan, biaya produksinya akan lebih murah.

Sementara itu peneliti lainnya memaparkan tentang molekular farming dan bahan baku obat, pengambangan benih unggul padi berbasis biologi molekuler yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik, daya hasil tinggi, dan kaya nutrisi, serta aplikasi bioteknologi untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak. Salah satu tujuan dari Open House ini "adalah sosialisasi kepada pihak industri," ujar Witjaksono. Ia berharap agar pihak industri mau menjembatani riset dan produksi, hingga hasil penelitian ini dapat dinikmati masyarakat luas.