Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil memproduksi jenis gula langka yang bakal jadi solusi bagi penderita diabetes. Gula langka itu bernama tagatosa.
"Tagatosa ini yang paling siap diadopsi oleh industri," ungkap Wien Kusharyoto, peneliti bioteknologi LIPI yang terlibat dalam pengembangan gula langka itu.
Gula langka berarti gula yang sebenarnya tidak terdapat di alam, harus dibuat di laboratorium. Tagatosa sendiri diperoleh dengan mengolah whey dari susu sapi yang punya kandungan galaktosa memakai enzim.
Di Belgia, produksi tagatosa sudah dilakukan secara massal oleh Nutrilab dengan kapasitan produksi hingga 10.000 ton per tahun.
"Di LIPI, kita menghasilkan tagatosa dengan enzim yang berbeda, yaitu arabinosa isomerase yang kita ambil dari geobaccillus," jelas Wien dalam acara open house yang digelar Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Selasa (19/11/2013).
Wien menguraikan, tagatosa sudah siap diproduksi sendiri sebab enzim, bahan, dan proses yang diperlukan untuk menghasilkannya sudah diketahui dengan pasti.
"Tinggal sekarang bagaimana kesediaan industri untuk memastikan ketersediaan bahan bakunya. Kalau industri sanggup menyediakan bahan bakunya, tagatosa ini sebenarnya sudah diproduksi untuk masyarakat," katanya.
Wien menuturkan, tagatosa memiliki beberapa keunggulan dibanding gula biasa dan gula rendah kalori lain.
"Kalorinya hanya 1,5 kkal sementara gula pasir 4 kkal. Untuk kemanisannya, ini 92 persen kemanisan gula pasir. Yang paling penting juga adalah aftertaste, tagatosa tidak meninggalkan rasa pahit atau memicu rasa haus," papar Wien.
Tagatosa saat ini belum banyak dikenal oleh publik Indonesia. Karenanya, perlu dikenalkan sebagai alternatif gula rendah kalori yang bakal menjadi solusi bagai penderita diabetes.