Mutiara Berserak di Laut Cina Selatan

By , Kamis, 21 November 2013 | 11:56 WIB

Sekitar 40 menit mengangkasa dari bandar udara Hang Nadim, Batam, menuju bandar udara Matak, mata bakal dimanjakan oleh kebiruan laut serta gradasi perairan dangkalnya: tosca, biru muda sampai pucat, putih, serta gugus pulau-pulau hijau segar.

Itulah Kepulauan Anambas, yang seperti dituturkan oleh Bupati Tarempa Drs. T. Mukhtaruddin, "Siap bersanding dengan Kepulauan Maldives dalam segi keindahannya."

Menempati area seluas 46 ribu kilometer persegi, 93 persen dari Kepulauan Anambas terdiri dari air. "Dahulu, pulau-pulau di sini berjumlah 238 pulau," tutur Mukhtaruddin. Tetapi dengan bantuan Bakorsultanal, jumlah ini mengalami penambahan.

"Rupanya ada pulau tidak terdaftar, ada yang tidak diberi nama dan belum terdeteksi. Sekarang, kami punya 17 pulau baru, lengkap dengan koordinatnya. Jumlah totalnya kini mencapai 255 pulau dan hanya 30 persen dihuni."

Padahal, lanjut Mukhtaruddin, Kepulauan Anambas memiliki fungsi strategis. "Setiap hari dilewati sekitar 100-250 tanker dan kabel optik di bawah Laut Cina Selatan bertemunya di sini."

Salah satu sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kepulauan Anambas adalah pariwisata. Apalagi mengingat sektor ini memiliki potensi untuk menambah devisa negara.

"Kami punya Padang Melang yang berpasir putih kuarsa, Pulau Penjalin berupa pantai landai, dengan visibilitas tujuh sampai sepuluh meter masih terlihat dasar lautan," kata Mukhtaruddin. "Sementara Pulau Durai menjadi tempat peteluran penyu yang dahulu mencapai 60 timbunan telur per malam."

Bila keelokan alam ini telah dieksplorasi, maka langkah sesudahnya adalah pengelolaan berkelanjutan yang tidak akan beranjak jauh dari upaya pelestariannya.