Letusan freatik (letusan yang berasal dari dalam lapisan litosfer akibat meningkatnya tekanan uap air) Gunung Merapi yang terjadi pada Senin (18/11) lalu, telah menyebabkan kubah lava retak. Keretakan diduga akibat embusan kuat erupsi yang mencapai hingga ketinggian 2 kilometer tersebut. Selain itu, letusan freatik juga membuat beberapa daerah di Jawa Tengah mengalami hujan abu.
"Akibat letusan freatik kemarin, bagian kubah lava di tengah mengalami retakan cukup panjang," ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo, pada Rabu (20/11). Subandriyo mengungkapkan, kubah lava retak sepanjang 230 meter. Kendati demikian, dia memastikan bahwa Merapi tetap dalam status Normal (Level I). "Aktivitas embusan pada Senin kemarin sifatnya hanya di permukaan, bukan magmatik. Pascaletusan, Merapi kembali normal," tandasnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Gunung Merapi mengeluarkan asap pekat dan abu vulkanik, Senin pada pukul 04.50-06.00 WIB. Letusannya setinggi 2.000 meter. Embusan disertai suara gemuruh. Arah angin ke timur dan tenggara mengakibatkan terjadi hujan pasir dan abu yang cukup tebal di wilayah Boyolali, sampai Kartosuro dan barat Kota Solo.