Berawal dari melihat kejadian kecelakaan sepeda motor yang diakibatkan lampu sein tidak terlihat karena tertutup barang bawaan, dua pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Al-Azhar 26 Yogyakarta, Naufal Rasendriya Apta dan Archel Valiano menciptakan helm berlampu sein otomatis. Alat yang diberi nama "Helm Berlampu Sein otomatis pada standar Keselamatan Berkendara Motor" berhasil memikat dewan juri Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kategori 6 thn National Young Investor Award 2013. "Dari 30 kelompok se-Indonesia, kami berhasil meraih juara kedua saat kompetisi LIPI 2013," terang Archel Valiano, Sabtu (23/11). Archel Valiano yang merupakan siswa kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Al-Azhar 26 Yogyakarta menuturkan, ide awal pembuatan helm berlampu sein sebenarnya tidak disengaja. Saat dalam perjalanan, ia melihat sepeda motor sedang membawa jerami di jok belakang. Ketika akan belok sebenarnya sudah menghidupkan lampu sein, namun tertutup jerami. Akhirnya pengendara di belakang tidak melihat tanda lampu sein dan menabrak motor yang membawa jerami tersebut. "Saya lupa kejadianya dimana, tapi idenya dari kecelakaan itu," tuturnya. Dua bulan lalu ketika Naufal Rasendriya Apta dan Archel Valiano diberikan kepercayaan oleh sekolah untuk menciptakan sebuah produk untuk lomba Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, mereka mencoba merealisasikan apa yang pernah dicita-citakan, yakni menciptakan helm berlampu sein. Valiano mengungkapkan, proses pembuatannya kurang dari dua bulan. Selama pembuatan helm tersebut, ia dan Ndriya harus rela tidak libur demi menyelesaikan proyek impiannya. "Ya, lembur-lembur sampai jam 11 malam. Sabtu Minggu berada di lab menyelesaikan proyek ini," tegasnya. Naufal Rasendriya Apta menjelaskan, bahan yang digunakan untuk membuat helm berlampu sein sangat mudah didapatkan, antara lain helm, accelerometer, baterai lithium, microcontroller atmega 8 dan lampu sein. Lebih lanjut Rasendriya menuturkan, cara kerja helm berlampu sein sebenarnya mudah. Alat accelerometer berfungsi sebagai sensor dan dihubungkan dengan microcontroller. Lampu sein yang terpasang di kanan dan kiri helm lantas dihubungkan dengan kedua alat tersebut. Sehingga ketika pengguna menengok, maka sensor akan merespons dan membuat lampu sein menyala. Menegok ke kiri, maka lampu sein kiri akan menyala atau sebaliknya. "Helm Ini bertenaga baterai, tahan sampai sekitar satu bulan," katanya. Menurutnya, ke depan helm berlampu sein ini masih akan dikembangkan dengan memasang sensor lampu rem di belakang helm. Jadi ketika motor berhenti ada dua lampu yang menyala, pertama lampu belakang motor dan belakang helm. "Satu unit habis 700 ribu, yang mahal accelerometer harganya 500 ribu. Ini masih kita pelajari agar bisa lebih murah lagi," ucapnya. Keduanya berharap, dengan adanya helm berlampu sein dapat mengurangi angka kecelakaan di jalan. Menurutnya, setelah disempurnakan, helm berlampu sein ini akan dijual ke masyarakat umum. "Ya, sementara guru-guru dan karyawan sekolah ini dulu. Baru diperbanyak untuk masyarakat," pungkasnya.