Penanganan bedah jantung di Indonesia masih minim dibandingkan potensi kasus yang ada. Hal ini disebabkan mahalnya biaya, terbatasnya fasilitas dan tenaga ahli bedah jantung.
"Jumlah operasi jantung di Indonesia sekitar 4.000 kasus per tahun. Padahal potensi kasusnya 20.000 per tahun," ungkap dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular Maizul Anwar, dalam simposium bedah jantung dan kardiologi "New Frontiers in Heart Failure, Sabtu (24/11) di Jakarta.
Serangan jantung dan penyakit jantung lain menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia WHO per April 2011 memperkirakan, kematian akibat penyakit jantung koroner sebanyak 243.048 kasus atau 17,05 persen dari total kematian di Indonesia.
Menurut Maizul, hal itu karena belum semua pasien jantung mendapat akses layanan medis terjangkau dan memadai. Biaya bedah jantung adalah sekitar Rp100 juta.
Fasilitas bedah jantung belum merata di seluruh Indonesia, masih terpusat di kota-kota besar di Indonesia bagian barat. Ditambah lagi, tenaga medis untuk melakukan tindakan masih kurang. Ahli bedah jantung yang terdapat di Indonesia 90 dokter (1 dokter untuk 3 juta orang). Idealnya adalah 1 dokter untuk 1 juta orang. Sementara itu, di Singapura rasio ahli bedah jantung 1 dokter untuk sekitar 50.000 orang.
Anggota staf Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Eka Wahyuningsih, saat membacakan sambutan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, Kemenkes berharap rumah sakit pemerintah maupun swasta turut menyukseskan program Jaminan Kesehatan Nasional per 1 Januari 2014, termasuk pelayanan jantung.