Kebangkitan media sosial di Cina akan mengarah pada liberalisasi, dan dengan lebih banyak orang yang menggunakan Internet, pemerintah Cina akan tak berdaya menghentikan perubahan-perubahan ini, ujar Eric Schmidt, komisaris eksekutif Google Inc, Senin (25/11).
Berbicara dalam sebuah konferensi di London, Schmidt menceritakan tentang sebuah pertemuan dengan Presiden Xi Jinping dan Premier Li Keqiang bulan ini, hanya beberapa minggu setelah Cina meloloskan aturan-aturan keras terhadap media sosial. Di bawah aturan-aturan tersebut, orang-orang menghadapi hukuman tegas jika “gosip daring” yang mencemarkan yang mereka ciptakan diunggah ulang lebih dari 500 kali.
"Hal yang paling menarik dari pembicaraan dengan pemerintah Cina, dari presiden sampai gubernur, adalah bahwa mereka terobsesi dengan Internet, yang menyebabkan mereka mengeluarkan aturan-aturan itu,” ujar Schmidt, tanpa memberikan detil pembicaraan tersebut.
Google pada 2010 memindahkan layanan mesin pencarian berbahasa Mandarin keluar dari Cina, dengan alasan tingginya penyensoran, dan sekarang beroperasi dari Hong Kong.
Namun, meningkatnya popularitas layanan-layanan seperti Weibo, layanan mikroblog yang merupakan versi Cina dari Twitter, dan situs pesan instan WeChat akan semakin menyulitkan penyensoran, ujar Schmidt.
"Anda tidak bisa memenjara orang-orang Cina ketika mereka sepakat mengenai sesuatu,” ujarnya.
“Anda tidak dapat menghentikannya bahkan jika Anda tidak menyukainya, dan hal itu akan menyebabkan liberalisasi.”