Kegaduhan Mewarnai Malam Perpisahan WCF 2013

By , Jumat, 29 November 2013 | 11:24 WIB

Perayaan malam perpisahan dan pentas Festival Musik Dunia dalam rangka Forum Kebudayaan Dunia (WCF) 2013 di Bali, diwarnai kegaduhan yang dapat mempermalukan posisi Indonesia sebagai penggagas sekaligus penyelenggara forum tersebut.

Pasalnya, perayaan itu diwarnai insiden listrik mati selama lebih dari dua jam dan persediaan makan malam yang tidak cukup bagi para peserta.

WCF yang dibuka pada pekan lalu, digagas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk merebut perhatian internasional dengan mencitrakan Indonesia sebagai rumah dialog kebudayaan.

Malam perpisahan yang diadakan pada Rabu (27/11) di Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma di Kabupaten Gianyar itu merupakan acara terakhir dalam serangkaian kegiatan WCF 24-27 November. Acara malam perpisahan dikelola Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemendikbud.

Sayang tamu undangan dari 17 negara yang datang setelah berwisata dari Ubud dan melihat subak di Desa Jatiwulih harus kecewa karena kekurangan makanan. "Jumlah yang datang hampir 500 orang [peserta], sedangkan kami diberi tahu jumlah tamu hanya 150 orang," ujar Theresia Willis, Manajer Pemasaran Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma.

Di tengah kondisi lapar setelah mengikuti tur, dan akan menyaksikan pertunjukan, tiba-tiba listrik mati. Sumber daya listrik tidak mampu menanggung beban peralatan.

"Panitia tidak memberitahukan bahwa mereka membawa pengeras suara berdaya 25.000 watt, listrik di tempat kami bisa menanggung 40.000 watt tapi terbagi-bagi untuk seluruh kawasan yang seluas 1,2 hektare," ujar Kemal dari Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma.

Selama hampir dua jam listrik tak kunjung menyala juga. Seniman yang siap pentas di panggung terbuka mulai tidak sabar. Kegaduhan pun terjadi. Setelah listrik menyala kembali dan hanya cukup dipakai untuk beberapa peralatan, mereka memilih bermain spontan di dalam rumah kayu dekat panggung. Tidak sampai setengah jam, permainan selesai. Di panggung terbuka, hanya ada dua kelompok penampil, yakni penari anak-anak yang mewakili Jepang dan kelompok musik tradisional Tanimbar.

Kegaduhan pada hari terakhir WCF melengkapi ketidaksempurnaan hari pertama penyelenggaraan. Saat itu pementasan Festival Musik Etnik Dunia, di Denpasar Art Center, kocar-kacir lantaran turun hujan deras dan panitia tidak menyiapkan tenda peneduh.

Pihak Rumah Topeng dan Wayang merasa dipermalukan atas peristiwa tersebut. Semula pihak Rumah Topeng dan Wayang berharap tamu asing yang hadir di WCF bisa ikut melihat kekayaan budaya Indonesia dari topeng-topeng yang dipamerkan di sana.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengaku malu dengan ketidakprofesionalan jajarannya. Ia berjanji akan memanggil jajarannya serta pihak luar yang terkait dengan hal ini.