Komet ISON yang mencapai titik terdekat dengan Matahari pada Jumat (29/11) pukul 01.38 dini hari, nyatanya bernasib buruk. Komet itu mengalami disintegrasi.
"Saya tidak melihat apapun yang muncul dari balik piringan Matahari," kata astrofisikawan Karl Batams dalam siaran langsung di NASA TV dini hari tadi.
(Baca: Ziarah Penuh Risiko Komet ISON dan Pemandangan Langit Bisa Menakjubkan, Asal ISON Bertahan)
"Menyedihkan bahwa sepertinya komet ISON berakhir seperti ini, tetapi kita akan tetap terus mempelajari tentang komet ini," imbuh Batams seperti dikutip dalam berita Reuters pagi ini.
ISON adalah komet yang berasal dari wilayah yang disebut Awan Oort, sebuah gudang komet di dekat Tata Surya. Komet ini tergolong menempuh perjalanan selama 5,5 juta tahun dari Awan Oort ke bintang induk Tata Surya.
Saat mencapai perihelion, ISON hanya berjarak 1,2 juta kilometer dari permukaan Matahari. Saat mencapai titik terdekat, ISON bergerak dengan kecepatan mencapai 350 km/detik.
ISON ditemukan oleh astronom Vitali Nevski dan Artyom Nivichonok dari Rusia pada 21 September 2012. Komet ini bersarang di Awan Oort seklama 4,5 juta tahun sebelum gravitasi dari bintang lain mengganggunya hingga menempuh perjalanan ke Tata Surya.
Kematian ISON mengecewakan warga Bumi. Semula, diperkirakan komet ini bisa terlihat dengan mata telanjang pada pertengahan Desember hingga awal Januari. "Saya harap kita bisa melihat yang lain lagi segera," ungkap Dean Pesnell, ilmuwan dari proyek Solar Dynamics Observatory.