Kapan Anak Butuh Suplemen?

By , Jumat, 29 November 2013 | 18:21 WIB

Asupan gizi seimbang penting diperhatikan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Mulai 270 hari masa kehamilan dan masa pertumbuhan yang krusial hingga anak berusia dua tahun atau 730 hari kehidupan pertamanya. Anak bisa terpenuhi kebutuhan nutrisinya dari makanan, dan jika dibutuhkan bisa ditambahkan dari suplemen.

Pemberian zat gizi yang tepat dan seimbang menjadi penting agar tumbuh kembang anak optimal di 1.000 hari ini. Namun, pada praktiknya tak mudah bagi orangtua untuk mengetahui zat gizi apa yang kurang atau belum tercukupi dengan tepat dari asupan harian anak. Terlebih jika anak tidak mendapatkan ASI dan mulai enam bulan mengasup MPASI yang kurang nutrisinya. Suplemen bisa menjadi tambahan, tapi tidak selalu menjadi andalan.

"Dari semua zat gizi, kita tidak selalu tahu mana yang kurang, jadi suplemen dibutuhkan. Namun makan lebih diutamakan, suplemen hanya dibutuhkan kalau ada potensinya. Misalnya pada anak yang berat badan dan panjang badannya kurang," ungkap Entos Zainal, Kasubdit Bina Gizi Makro, Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI di sela penghargaan kader gizi se-Jabodetabek di Jakarta, Kamis (28/11).

Maka, mengontrol berat badan dan panjang badan terutama untuk anak hingga usia dua tahun, punya peranan penting. "Jika mendapati berat badan dan panjang badan kurang, waktunya konsultasi, untuk mengetahui apakah anak kekurangan zat gizi dan apakah butuh suplemen atau tidak," terangnya.

Berat badan dan panjang badan anak merupakan indikasi awal untuk mengetahui status gizi. Langkah berikutnya, orangtua perlu mencari tahu zat gizi apa yang kurang pada anak. Karena menurut Entos, tidak semua masalah kurang gizi bisa ditangani dengan suplemen.

"Kalau kurang protein, bisa didapatkan dari makanan, tidak perlu suplemen. Namun jika kekurangan zat gizi lain yang tidak bisa dipenuhi dari makanan, karenanya tambahan suplemen dibutuhkan anak," jelasnya.

Menurut Maria Melisa, Head of Expert Marketing GlaxoSmithKline, riset internal perusahaannya menunjukkan kebanyakan anak kekurangan vitamin A, vitamin D, zat besi.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama kalangan menengah bawah mengenai pentingnya mencukupi kebutuhan gizi anak, GlaxoSmithKline menggelar pelatihan dan penghargaan kader gizi Jabodetabek sebagai bentuk dukungan terhadap Gerakan Nasional Sadar Gizi Kementerian Kesehatan. Hasilnya, selama tiga bulan pelatihan, telah terlatih 101 kader gizi dari 52 titik di 10 Puskesmas Jabodetabek. Serta menjangkau 2.415 ibu yang menjadi sasaran edukasi para kader gizi.