Upaya Sehatkan Industri Pelancongan Indonesia

By , Selasa, 3 Desember 2013 | 09:09 WIB

Tak berlebihan untuk melukiskan bahwa kinerja industri pariwisata Indonesia belum mencapai kondisi sehat atau masih oleng. Simak saja, misalnya, melalui arus pelancongan tahun 2012. Wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, dan sebaliknya pelancong Indonesia ke luar negeri, jumlahnya ternyata tidak jauh berbeda, sama-sama sekitar 8 juta orang!

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia dari tahun ke tahun meningkat. Sebagai contoh, pada tahun 2011, wisman yang berkunjung mencapai 7,6 juta orang atau naik 8,5 persen dibandingkan tahun 2010. Capaian 2011 melampaui patokan rencana strategis 7,2 juta orang atau tipis di bawah target moderatnya 7,7 juta orang.

Peningkatan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia juga terjadi tahun berikutnya (2012) yang mencapai 8.044.462 orang. Jumlah itu melampaui target pesimistis 8 juta orang, yang berarti pula mengalami kenaikan 5,16 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman tahun sebelumnya (2011).

Sebaliknya, tentang jumlah wisatawan Indonesia yang melancong ke luar negeri, antara lain terungkap melalui pameran Asosiasi Perusahaan Agen Penjual Tiket Indonesia (Astindo) atau Astindo Fair 2013 pekan ketiga Maret lalu di Jakarta Convention Center (JCC). Seperti disampaikan Ketua Astindo Elly Hutabarat ketika itu, adalah hal mengejutkan karena pelancong Nusantara yang berkunjung ke luar negeri jumlahnya ternyata lebih dari 8 juta orang. Hal itu berarti tidak jauh berbeda, bahkan mungkin imbang, dengan jumlah wisman ke Indonesia.

Data Kemenparekraf juga menggambarkan, pengeluaran wisman selama berwisata di Indonesia mengalami peningkatan. Sebagai contoh, pada tahun 2010, pengeluaran tiap wisman senilai 1.085,75 dollar AS per kunjungan dan mengalami kenaikan menjadi 1.118,26 dollar AS pada tahun 2011.

Dengan demikian, industri pariwisata Indonesia pada tahun 2011 berhasil meraup devisa senilai 8,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 85 triliun). Raihan itu mengalami peningkatan 11,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berhasil mengantongi devisa senilai 7,6 miliar dollar AS (sekitar Rp 76 triliun).

Raihan devisa dari sektor pariwisata hingga puluhan triliun rupiah tentu saja tidak kecil. Namun, jika disandingkan dengan arus pelancongan wisatawan Nusantara keluar negeri yang jumlahnya tidak jauh berbeda, raihan devisa itu menjadi tidak signifikan karena terjadi pengurasan yang nilainya tidak kecil pula.

Hingga sejauh ini belum diketahui secara persis rincian pengeluaran wisatawan Indonesia ketika berwisata di berbagai negara asing. Namun, sejumlah pihak menduga jumlah pengeluarannya tidak jauh berbeda dengan total devisa dari belanjaan keseluruhan wisman. Bahkan, ada yang menduga industri pariwisata Indonesia mengalami devisit karena devisa terkuras lebih tinggi dari devisa yang diraih.