Merangkai Keping Mosaik Jantung Tanah Dayak (I)

By , Rabu, 4 Desember 2013 | 13:04 WIB
()

Penghujan berada di ujung musim. Tak lama lagi, Sungai Bungan, salah satu daerah aliran sungai (DAS) yang menghulu di wilayah Taman Nasional Betung Kerihun yang membentang seluas 800.000 hektare, akan mendangkal. Bila kemarau tiba, peluh pun lebih deras mengucur. Para warga Desa Tanjung Lokang harus bekerja keras menarik perahu kayu saat mengarungi sungai besar yang menjadi satu-satunya jalan ke dunia luar.  Taman Nasional Betung Kerihun memang istimewa. Para peneliti yang berasal dari lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah, berhasil mencatat sederet penemuan penting di beranda Kalimantan Barat ini. Hutan dipterocarpaceae dataran rendah mendominasi wilayah Betung Kerihun. Itu sebabnya, suku tanaman ini memiliki jumlah jenis terbesar, 121 dari keseluruhan 267 jenis yang tumbuh di Kalimantan. Untuk jenis anggrek berhasil dikoleksi ratusan spesimen hidup, termasuk anggrek hitam (Coelogyne pandurata). Keanekaragaman jenis lumut kawasan ini–87 jenis sebagai epifit, 18 jenis tumbuh di atas tanah, dan 7 jenis tumbuh di atas batu— melebihi hutan tropis di kawasan Kilimanjaro, Afrika, yang hanya memiliki 20 jenis lumut epifit. Para peneliti menyebutkan, kelompok lumut ini memiliki peranan ekologis cukup pentingDalam kurun 10 tahun (1994-2004) ilmuwan menemukan sedikitnya 361 spesies baru di Kalimantan. Penemuan itu dimuat dalam laporan WWF berjudul Borneo’s Lost World: Newly Discovered Species on Borneo, yang diluncurkan pada "Heart of Borneo Scientific Conference" di Leiden, Belanda, April 2005.Laporan yang merangkum sejumlah hasil penelitian oleh berbagai pihak itu menyebutkan, spesies baru yang telah diidentifikasi. Terdiri atas 260 jenis serangga, 50 jenis tumbuhan, 30 jenis ikan air tawar, tujuh jenis katak (frog), enam jenis kadal, lima jenis kepiting, dua jenis ular, dan satu jenis kodok (toad). Diperkirakan masih ribuan spesies yang belum teridentifikasi, terutama di kawasan yang mereka sebut Heart of Borneo, yang mencakup areal dataran tinggi seluas 22 juta hektare.Salah satu temuan penting yang diungkap terkait dengan mamalia langka orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus). Hasil analisis genetis menunjukkan bahwa orangutan kalimantan dan orangutan sumatera (Pongo abelli) terpisah secara geografis paling tidak 1,1 juta tahun lalu, dan sejak itu mereka masing-masing menempuh jalur evolusi yang berbeda. Penemuan ini mengukuhkan orangutan kalimantan sebagai hewan darat endemik terbesar di pulau itu.

Hutan tropis di hutan Kalimantan. (thinkstockphoto)

Borneo dengan luas sekitar 743.925 km persegi adalah pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Papua. Sebagian besar (540.000 km persegi) dari luas pulau itu merupakan wilayah teritorial Indonesia (Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur). Selebihnya adalah wilayah Malaysia (Sarawak dan Sabah) serta Brunei Darussalam.Borneo adalah habitat bagi 10 spesies primata, lebih dari 350 jenis burung, 150 jenis reptil dan amfibi, serta 15.000 jenis tumbuhan. Di antaranya terdapat spesies terancam punah yang hidup dalam satu wilayah, seperti orangutan, gajah, dan badak. Di samping itu tercatat spesies endemik Borneo seperti macan akar, beruang madu, dan owa, yang juga terancam punah.Kalimantan sendiri merupakan surga penelitian bagi para ilmuwan. Pulau terbesar ketiga setelah Greenland dan Papua ini, tak hanya menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi, peninggalan budaya masyarakat tradisionalnya masih menyisakan misteri. Kisah penemuan baru harus berpacu dengan sejumlah ancaman, seperti penebangan liar dan pengubahan fungsi hutan. Bila tak dihentikan, para peneliti khawatir hutan hujan tropis dataran rendah Kalimantan akan menghilang dalam kurun sepuluh tahun.