Ide untuk mengirimkan listrik ke lokasi yang jaraknya jauh lewat laser dan balon bisa membantu menyediakan energi darauat di kawasan yang sangat membutuhkan.Stephen Blank, peneliti dari New York Institute of Technology berencana untuk menggunakan areostats, balon-balon kelas militer, untuk mengirimkan listrik sebanyak ratusan kilowatt ke lokasi yang jaraknya mencapai ratusan kilometer.Sinar laser akan dikirimkan ke aerostat melalui kabel serat optik. Aerostat kemudian akan memancarkan listrik tersebut ke aerostat lain yang berada di tempat tujuan. Setiba di tujuan, sinar berenergi tinggi ini akan dikonversi balik menjadi listrik dan dikirimkan ke stasiun di darat menggunakan kabel.Menurut Blank, tujuan awalnya adalah menghadirkan listrik ke kawasan yang sedang tertimpa bencana, seraya mencontohkan kasus topan Haiyan yang terjadi di Filipina baru-baru ini. "Anda bisa mengirimkan pesawat pengangkut ke pesisir Filipina. Dengan generator nuklir, listrik kemudian dipancarkan ke tempat-tempat yang membutuhkan," sebut Blank yang akan mempresentasikan konsep listrik nirkabel ini pada Maret tahun depan.Tujuan utama dari konsep ini adalah menciptakan pembangkit listrik tenaga surya yang digelar di luar angkasa. Listrik kemudian dikirimkan ke Bumi lewat laser dari stasiun orbit. Menurut Reza Zekavat, peneliti dari Michigan Technological University, penelitian maju seperti ini sudah dilaksanakan di Jepang. Sebuah proyek senilai Rp251 triliun sudah digelar. Tujuannya adalah menempatkan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 1 gigawatt di luar angkasa dalam 30 tahun ke depan.