Sirkulasi angin di atmosfer wilayah utara dan selatan Indonesia kini mengarah dari timur ke barat, kemudian dibelokkan sebagai angin pasat menuju khatulistiwa. Fenomena ini menimbulkan pusaran angin yang meningkatkan pembentukan awan hujan di berbagai wilayah.
Hal itu perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan berbagai dampak bencana hidrometeorologi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (8/12), menyatakan, awan dari pusaran angin yang terbentuk di pesisir barat Sumatera bagian tengah atau di Sumatera Barat dan sekitarnya menimbulkan hujan lebat.
”Hujan lebat menimbulkan banjir dan longsor. Masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta.
Hujan lebat sejak akhir pekan menyebabkan Sungai Fatima di Kampung Tabek Malapah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, meluap. Hal itu menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor. Banjir bandang menewaskan seorang warga, dan dua warga lain hilang terseret arus sungai. Tujuh jembatan putus, puluhan rumah rusak, lahan pertanian jagung dan kelapa sawit rusak.
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian dari Aceh mengatakan hal sama.
”Sirkulasi angin mulai menuju puncak musim hujan. Fenomena perputaran bumi dari barat ke timur membelokkan angin hingga terjadi pusaran yang meningkatkan pembentukan awan di berbagai lokasi,” kata Edvin.
Perubahan iklim menimbulkan perubahan karakter hujan yang turun tiba-tiba dengan intensitas tinggi. Jika kualitas lingkungan menurun, perlu diwaspadai banjir dan tanah longsor.
Pusat tekanan rendah yang bisa meningkat menjadi badai tropis di Samudra Hindia sebelah barat daya laut Lampung memicu pertumbuhan awan di Jawa bagian barat, termasuk Jakarta. Hal itu berpotensi menimbulkan hujan lebat.
Mitigasi bencana
Hari Minggu, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bersama Komunitas Relawan Mitigasi Bencana Indonesia menggelar pelatihan dan simulasi mitigasi bencana bagi mahasiswa.
Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UPI, Wanjat Kastolani, di Leuwi Opat Curug Tilu, Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Bandung, mengatakan, kegiatan diikuti 107 peserta antara lain dari UPI, Universitas Islam Nusantara, Universitas Islam Bandung, Sekolah Tinggi Hukum Bandung, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom.
”Kami ingin mendekatkan mahasiswa pada pemahaman mengenai kebencanaan. Selama ini, dalam upaya mitigasi bencana, aspek fisik saja yang diperhatikan pemerintah. Aspek manusia yang jadi penggerak dalam pengurangan risiko bencana hampir terabaikan,” kata Wanjat.
Wanjat menambahkan, kegiatan difokuskan kepada mahasiswa jurusan kependidikan, meskipun ada peserta dari jurusan nonkependidikan.
”Mahasiswa kependidikan nantinya bersentuhan langsung dengan peserta didik sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat,” ujar Wanjat.
Dalam acara itu peserta diajak berdiskusi mengenai pentingnya kesadaran tanggap bencana dan peran kearifan lokal dalam menghadapi bencana. Mereka juga diajak berkeliling dan berdiskusi tentang lereng lintasan lava, serta simulasi penyelamatan korban bencana.