Sepotong Kuta di Jakarta (3)

By , Kamis, 12 Desember 2013 | 17:58 WIB

Banyak peternak kambing, kuda, ikan, dan sapi perah -- terakhir yang bertahan, Haji Syahro, sebelum 1990 -- yang susunya dipasarkan ke Menteng, kota taman sejak 1930 hunian diplomat. Oleh Willard A. Hanna, direktur lembaga penerangan Kedubes AS, USIS, Kemang disejajarkan dengan Forbes Park, kota satelit termegah Filipina, favorit warga asing (Hikayat Jakarta, 1988).   Menurut sesepuh warga Betawi, Ridwan Saidi, Kemang bagian dari pembukaan selatan Batavia hingga Bogor oleh Herman Daendels, 1808 (All About Kemang, Maret-April 2003). Kemudian diserahkan ke partikelir dan ditanami karet, kelapa bagi kebutuhan warga Batavia (Grace Pamungkas, GreenMap Kemang, 2002). Saat Revolusi Fisik, tuan tanah pergi. Lahan diambil alih pemerintah RI bagi pribumi Betawi yang kemudian bertanam buah-buahan. Karenanya, pada 1950-an wilayah ini dikenal sebagai Kampung Kebon (Kemang Raya 51-tikungan Kemang Selatan), dan Kampung Kemang (Kali Krukut sekitar perempatan Prapanca Raya-Kemang-Dharmawangsa sampai Pos Polisi Kemang Raya). Penamaan Kemang mengambil dari kemang (Mangifera kemanga caecea), sejenis mangga bercitarasa asam, harum tajam. Biasa jadi manisan atau campuran sambal, daun muda untuk lalapan. Ditanam bukan untuk buahnya, favorit wanita Betawi saat ngidam. tapi terutama kayunya untuk kayu bakar, papan rumah dan kerajinan. *) dimuat di National Geographic TRAVELER Vol.I No.5, Juli-Agustus 2009, hlm.24-29