Sepotong Kuta di Jakarta (6)

By , Kamis, 12 Desember 2013 | 18:03 WIB

Kampung modern ibukota seperti Kuta. Konsep ini mengundang pertentangan. “Selamat Datang di Kemang. Kami Warga Kemang Bangka Menolak Kawasan Kemang Menjadi Tempat Hiburan/Maksiat Seperti Kuta Bali.” Spanduk ini dipasang di berbagai titik antara Kemang Raya, Kemang I – V sejak 26 April 2009. Ini bukan yang pertama. Sekitar 2000-2001, sekelompok massa mengatasnamakan agama tertentu kerap melakukan “razia” minuman keras. Seorang model yang mengusahakan restoran keluarga ala Meksiko sampai memutuskan menutup usaha dan lebih fokus ke restoran serupa di Kuta, Bali. Apakah warga Betawi di sini merasa ditinggalkan. Ridwan Saidi menegaskan, “Saya demokrat, biar sajalah Kemang akan jadi apa. Orang Betawi sudah biasa melihat orang dansa. Orang Betawi juga suka pengajian, tak terpengaruh oleh café di sekitar mereka.” (All About Kemang, 2003). Sedikitnya ada 6 masjid Jami, 20 mushala, 24 majelis taklim di Kemang.Usaha “pembauran” sebenarnya telah dirintis sejak 2001 oleh RajaCraft, Jak@rt dan para pebisnis di sini dengan Kemang Street Festival /Festival Jalan  Kemang pk 09:.00 – 21:00 WIB, sepanjang sekitar 1 km, mulai persimpangan Kemang Raya-Kemang Utara-Kemang 1, dari depan Restoran Cotterie/Waroeng Podjok – kini Pizza Marzano, sampai Kemang Raya di persimpangan Kemang Selatan 1, sekitar rumah seni Papilion. Menonjolkan Kemang sebagai pusat seni, kerajinan dan wisata di Jakarta bagi warga Jakarta dan komunitas internasional dengan panggung pertunjukan seni budaya Betawi – perkawinan adat, tari, pencak silat –seni musik dan tari asing, pawai drum band, busana daerah, bunga, ondel-ondel, barongsai, dan rally foto. Ajang mencicipi hidangan mancanegara, daerah, dan khas Betawi : asinan, kerak telor, bir pletok (air jahe). Juga menggalang dana perbaikan fasilitas umum macam halte bus khas Betawi dan trotoar nyaman asri. Kegiatan akhir pekan tahunan ini waktunya tak tetap. Awalnya di Juni untuk merayakan HUT Jakarta, 22 Juni. Pernah bergeser jauh ke sepekan sebelum Natal (2005), kemudian ke Agustus, memeriahkan HUT RI. Dua tahun terakhir bahkan lebih sebagai “pasar pindah.” Tapi pada 2008, setelah festival bertema “Hijau Kemangku”, ada satu perayaan lagi : Festival Palang Pintu Tiga dan Budaya Betawi. Digagas antara lain oleh Padepokan Seni Budaya Betawi “Manggar Kelape” di Kemang Selatan XA pimpingan Bang Uwo Saparudin. *) dimuat di National Geographic TRAVELER Vol.I No.5, Juli-Agustus 2009, hlm.24-29