"Kalau kini ke Plaza Senayan, istri dan anak-anak saya merasa biasa-biasa saja. Sementara saya langsung ingat lagi walau usia 8 tahun sudah meninggalkan Senayan,” Arief Suditomo, jurnalis televisi ternama, menerawang. Ayahnya, Suditomo Soemoatmodjo, sebagai staf Sekretariat Negara yang ditugaskan dalam Badan Pengelola Gelora Bung Karno, mendapat perumahan dinas di Jl Bulutangkis, kini Gerbang Marigold, Plaza Senayan. Rumah tunggal kecil, “Dari lahir, 1968, sampai TK, saya tinggal di sana. Ketika usia saya 5 tahun, bapak naik pangkat, kami pindah ke Jl Menembak yang ditempati 8 rumah tunggal bertingkat dengan pohon nangka besar di pekarangan belakang.”
Sayang, ketika ia berusia 8 tahun, 1976, orangtuanya bercerai, Arief ikut ibu pindah ke Simprug, hanya beberapa ratus meter dari komplek Gelora, “Saya merasa hanya pindah secara fisik, tapi hati saya ada di sana. Saya biasa naik sepeda ke Senayan, bermain dengan 15 teman sebaya yang satu sekolah. Parkir Timur dulu masih lapangan luas, ideal sekali untuk belajar mengemudi mobil dan motor. Jadi, dulu kami kelas 1-2 SMP sudah mahir mengemudi. Saya masih berkunjung ke sana sampai ayah pindah pada akhir 1988 karena lokasi dijadikan Plaza Senayan.” “Satu hal yang selalu saya ingat tentang Senayan adalah inilah tempat terbaik kuntuk anak-anak tumbuh dalam suasana olahraga. Hijau. Ada pohon yang selalu kami panjat, lalu berjam-jam ngobrol di pohon kersen di Jl Bola Volley.” Lokasi yang kini berdiri Ratu Plaza, masih tanah kosong beralang-alang. Di belakang Ratu Plaza kini, Jl Balap Sepeda, ada taman dengan gunung-gunungan. “Biasa kami jadikan tempat camping, piknik, berbekal manakan, main petak umpet – arena yang ideal sekali, karena sulit sekali menemukan teman-teman yang bersembunyi.” *) dimuat di National Geographic TRAVELER Vol II No.02, Maret-April 2010, hlm.26-31