Berburu Foto dari Cina Benteng hingga Bundaran HI (2)

By , Sabtu, 14 Desember 2013 | 11:21 WIB
()

Kami tiba di Rumah Kawin Yo Ang Poh. Hari ini ada Chiou Thau, pesta perkawinan masyarakat keturunan Tionghoa yang ada di Tangerang atau Cina Benteng. Kami datang terlalu cepat, sang mempelai wanita belum terlihat. Kami berkenalan dengan Indra, mempelai pria yang akan melakukan Chiao Thao hari ini. Umurnya 35 tahun, penduduk asli Kedaung ini mengaku melakukan Chiou Thao sebagai bentuk pelestarian terhadap tradisi mereka. "Banyak pasangan tak mau melakukan Chiou Thao lagi sekarang ini, mereka lebih memilih cara modern. Tapi saya memilih Chiou Thao," ujarnya.

Kami menunggu sang mempelai perempuan yang masih dalam perjalanan. Ini kali pertama saya menyaksikan Chiou Thao. Dari cerita dan bacaan yang sudah saya baca, Chiou Thau hanya dilakukan satu kali seumur hidup.

Chiou Thao, prosesi pernikahan dalam tradisi Cina Benteng.

Tepat pukul sepuluh, prosesi Chiou Thao dimulai. Kedua mempelai didandani dengan baju yang konon, baju ini juga dipakai saat mereka wafat nanti.

Prosesi demi prosesi berlangsung dengan khidmat namun meriah. Saya mengabadikan setiap momen dalam perkawinan ini dengan HTC One Dual Sim, seperti tidak mau ketinggalan momen. Meskipun dalam ruangan, kemampuan gadget ini sangat baik menangkap detail dan warna.

Prosesi ini di akhiri dengan Teh Pay, dimana para besan memberikan angpau kepada kedua mempelai. Gambang kromong mengiringi prosesi ini. Sang tuan rumah mempersilahkan kami menikmati makanan yang sudah disediakan. Ini waktunya mencicipi kuliner Tangerang! Bakso, ayam yang diiris kecil, dan sayur-sayuran.

Setelah makan siang, kami pun berpamitan. Kami kemudian kembali ke Tangerang dengan angkutan umum menuju stasiun.

Tujuan kami berikutnya adalah kawasan Monas. Kebetulan hari ini ada pawai budaya dari keraton dan beberapa kerajaan yang tentunya akan sangat menarik. Kami memprediksi akan telat untuk sampai di Monas. Saya mencoba memantau lini masa twitter melalui perangkat selular dengan lebar layar 4,68 inci ini. Kawasan Monas sudah ramai dan pawai budaya pun sudah dimulai.

Kami masih di Stasiun Duri, menunggu kereta ke Stasiun Manggarai untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Juanda, stasiun terdekat dengan Monas. Perkiraan kami, perjalanan ini masih membetuhkan waktu setengah jam lagi. Sementara di langit, awan kelam sudah menggantung.

Tekad kami bulat, kami tetap melanjutkan perjalanan ke Monas. Lebih baik kesana daripada tidak sama sekali. Sepur mengantarkan kami ke Stasiun Juanda, dari balik jendela kereta kami melihat kereta pawai yang dikerumuni para pengunjung. "Waduh, semoga saja itu baru kereta awal ya Mas," ujar saya ke Sadono.

Kami bergegas dari stasiun menuju jalan Medan Merdeka Utara, namun sayang arak-arakan pawai sudah terlalu jauh untuk dikejar. Hari ini kami hanya melihat sisa-sisa keramaian Monas. Namun kami masih bisa mengambil beberapa frame gambar meskipun rinai sudah datang.