Belasan warga St Martin, sebuah pulau kecil di Karibia terinfeksi virus chikungunya. Ini merupakan kali pertama virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti tersebut diketahui tiba di kawasan benua Amerika. Delapan tahun lalu, ia menyebar ke luar Afrika, kawasan dari mana mereka berasal, ke Eurasia. Kini chikungunya sudah menyeberang ke belahan Bumi lainnya, dan bisa jadi penyebarannya jauh lebih luas dibanding yang diketahui lembaga kesehatan. Chikungunya jarang mematikan, namun sangat menyakitkan dan bisa menimbulkan nyeri luar biasa pada persendian. Saat tiba di Asia, ia menyebar luas dan menyerang jutaan orang karena belum ada pertahanan terhadap chikungunya. Sejumlah vaksin dan perawatan eksperimental sudah dibuat, namun tidak ada yang resmi dirilis oleh laboratorium.10 Desember lalu, WHO mengonfirmasikan dua kasus chikungunya di St Martin, dan 10 orang lainnya dicurigai terkena. Virus ini diperkirakan dibawa oleh manusia yang menderita ke kawasan tersebut.Diagnosa chikungunya sendiri cukup rumit karena ia serupa dengan dengue, demam yang disertai dengan ngilu pada persendian. Menurut Peter Hotez, peneliti dari Baylor College of Medicine, Houston, Amerika Serikat, warga menengah ke bawah juga memiliki risiko lebih besar karena mereka kurang terlindungi dari nyamuk."Ironisnya, kecil peluang mereka didiagnosa mengidap virus asing, apalagi karena sebagian besar dokter tidak memiliki fasilitas yang secara spesifik mampu melakukan tes terhadap virus," ucap Hotez.Mudahnya orang bepergian, menurut Herve Zeller, Head of Emerging Diseases, European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), membuat sulit memutuskan penyebaran chikungunya. Virus itu bisa menyebar ke kawasan baru dan menginfeksi orang lain saat penderita digigit oleh nyamuk Aedes.Aedes aegypti, si penyebar virus chikungunya di Afrika, juga hidup di kawasan bersuhu hangat di Amerika. Yang lebih mengkhawatirkan, Aedes albopictus, nyamuk yang juga bisa menyebarkan chikungunya, malah bisa bertahan di kawasan yang bersuhu lebih dingin. Penyebarannya bisa sampai ke kawasan Connecticut, Amerika Serikat.Penyemprotan insektisida secara agresif secara teori bisa mengurangi dampak meluasnya wabah chikungunya di St Martin. Namun sejauh ini, menurut Pan-American Health Organisation (PAHO), mengontrol virus yang disebarkan oleh serangga di kawasan benua Amerika tidak begitu berhasil.