Air laut dalam (ALD), sesuai UNCLOS 1982 adalah air pada kedalaman laut lebih dari 200 meter yang telah tak tertembus sinar matahari. Berasal dari Laut Greenland, Arktik, Kutub Utara dan Laut Weddell, Semenanjung Antartika, Kutub Selatan yang mengalir sepanjang 50.000 kilometer berputar melewati Kanada, Hawaii, Pantai Timur Afrika, Jepang, Korea, India dan Indonesia dalam jangka waktu lama –164 tahun – sampai kembali ke titik awal.
Arus laut dalam ini selama perjalanannya mengangkut rantai makanan, mengalami pengendapan dan pembersihan hingga bermutu tinggi. Ilmuwan Jepang sejak 1989 telah menemukan, bahwa ALD kaya mineral (21 micro-gat/l dibanding 1 micro-gat/l air laut permukaan), bersih dari pencemaran, suhu rendah (4º C di kedalaman 600m) dan stabil.
Air bermutu baik ini bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan dalam industri perikanan, pertanian, minuman, makanan, kesehatan dan pendingin ruangan seperti telah dilakukan Jepang sejak 1989. Indonesia yang memiliki 40% laut dalam dari 5,8 juta kilometer persegi wilayah lautnya dan beruntung dilewati Arus Lintas Indonesia ini punya peluang besar memanfaatkan ALD. Antara lain, bisa membantu daerah yang mengalami kesulitan air bersih tanpa risiko penurunan mutu lingkungan seperti jika menyedot air tanah.
Pusat Riset Teknologi Kelautan, Kementrian Kelautan dan Perikanan selama 2004 - 2007 melakukan survei dan penelitian contoh air di 7 lokasi yang ditengarai lewat citra satelit memiliki peluang besar yakni Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Gondol dan Jula (Bali), Bima dan Dompu (NTB), Kupang (NTT), Makassar (Sulawesi Selatan) dan Pulau Owi (Kepulauan Biak-Numfor, Papua).
Selama 2006 - 2007, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (DITK-FPIK IPB) melakukan survei di berbagai daerah di Indonesia termasuk Selat Bali sepanjang pantai utara, timur dan tenggara termasuk Kepulauan Nusa Penida, Selat Lombok dan Lombok Barat.
Sejak 2009, PT Omega Tirta Kyowa di bawah pengawasan Omega Group Kyowa, perusahaan modal asing (PMA) Jepang merintis uji coba pengolahan air laut menjadi air minum mineral dan garam dalam skala kecil, 3.000 botol ukuran 500 ml di Serangan, Bali . “Bahan bakunya dari kedalaman 350 m di jarak 7 mil (12,6 km) lepas pantai Amed, Bali Timur. Dasar kedalaman laut di titik pengambilan minimal 800 – 1.000 meter,” urai Prof Bonar Pasaribu, pakar Marine Akustik dari IPB.
Air minum mineral ALD ini mulai dipasarkan pada April 2010.
*) artikel ini telah dimuat dalam National Geographic Indonesia edisi khusus April 2010.