Fosil Tangan Leluhur Memberi Petunjuk Sejarah Evolusi Manusia

By , Kamis, 19 Desember 2013 | 07:04 WIB

Penemuan tulang tangan manusia berusia 1,4 juta tahun mendekatkan kita pada asal-usul kemunculan pertama anatomi tangan manusia yang bersifat khas dalam sejarah evolusi manusia. Penemuan ini mengindikasikan bahwa proses styloid di ujung tulang pergelangan tangan telah ada lebih dari setengah juta tahun lebih awal dari yang sebelumnya dikenal.

Baru-baru ini, peneliti dari Universitas Missouri dan tim internasionalnya telah menemukan tulang tangan nenek moyang manusia yang menjelajah bumi Afrika Timur. Diperkirakan, usia tulang tangan itu mencapai 1,42 juta tahun. Para peneliti menduga tulang itu dimiliki oleh spesies manusia awal, Homo erectus.

Penemuan ini dilakukan oleh tim Proyek Paleo Turkuna Barat yang dipimpin oleh Carol Ward, profesor patologi dan ilmu anatomi di Universitas Missouri dan juga wakil penulis Fredrick Manthi dari Museum Nasional Kenya.

Tulang itu ditemukan di dekat situs di mana alat Acheulian telah ditemukan sebelumnya. Alat Acheulian kuno, termasuk kapak tangan batu itu berusia lebih dari 1,6 juta tahun.

"Tulang ini adalah metacarpal ketiga di tangan, yang menghubungkan ke jari tengah. Ini ditemukan di situs Kaitio di Turkana Barat, Kenya," kata Ward.

Ward mengatakan, yang membuat tulang ini begitu berbeda adalah kehadiran proses styloid, atau proyeksi tulang di ujung yang terhubung ke pergelangan tangan. Sampai saat ini, katanya, proses styloid telah ditemukan hanya di dalam tubuh kita, Neanderthal, dan manusia kuno lainnya.

Ward dan rekannya mencatat, kurangnya proses styloid menciptakan tantangan bagi kera dan manusia kuno ketika mereka berusaha untuk membuat dan menggunakan alat.

Penemuan ini mengindikasi bahwa proses styloid di ujung tulang pergelangan tangan telah ada lebih dari setengah juta tahun lebih awal dari yang sebelumnya dikenal.

Studi ini diterbitkan dalam Proceeding of National Academy of Sciences pada pekan ini. Anggota tim Ward yang membantu menemukan dan menganalisis tulang meliputi: Matthew Tocheri dari National Museum of Natural History di Smithsonian Institution, J. Michael Plavcan dari Universitas Arkansas, Francis Brown dari University of Utah, dan Fredrick Manthi dari Museum Nasional Kenya.