Jika masih ada memori yang tersisa dari perjalanan ke Pulau Biak, Papua beberapa saat lalu, itu adalah atraksi kunang-kunang yang terdapat di beberapa desa sana. Sejak awal saya sudah menandai kesempatan satu ini. Maklumlah, untuk warga kota besar, kunang-kunang tergolong binatang yang langka.
Yosepha, gadis manis berusia 12 tahun asli Biak yang sempat mengobrol dengan saya di pantai, juga mengatakan soal keindahan kunang-kunang di dalam pekatnya malam.
"Seperti pohon Natal, pohon terang begitu," ujarnya dengan berbinar-binar. Saya makin tak sabar.
Melihat kunang-kunang dijadwalkan baru pada hari keempat kunjungan saya. Hampir turun petang, kami berkendara menuju Desa Rimba Jaya di dekat Adibai. Desa tersebut merupakan salah satu desa di mana masih banyak ditemukan kunang-kunang.
Arloji saya menunjukkan waktu pukul 06.15 WIT ketika kami semua bersiap menuju tempat menyaksikan kunang-kunang di tepi hutan. Hanya makan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki dari area parkir kendaraan kami. Jalannya agak licin, tapi selepas gelap, kami sampai. "Hati-hati, nanti banyak agas (nyamuk)," kata seorang ibu kepada saya.
Menyaksikan kunang-kunang harus tenang. Kami duduk di bangku-bangku yang sudah disediakan di sekitar pepohonan dalam suasana sunyi, tenteram, serta temaram—pencahayaan tidak terlalu banyak (seminim mungkin)— agar kunang-kunang mau muncul. Susah payah orang-orang berjejer memasang tripod kamera di tanah lunak demi mengabadikan si serangga bersinar. Termasuk rekan saya, Laras.
Tanpa usah menanti, tak lama kemudian ada kunang-kunang datang mengisi kegelapan. Gerombolan kunang-kunang menghampiri di sebuah pohon. Berangsur-angsur dari setitik sampai puluhan titik mengumpul hingga menyelimutinya, dan pohon menjadi berpendar oleh cahaya kunang-kunang. Lalu berpindah ke pohon berikut. Sebuah pesta untuk mata.
Tapi, malam itu nyamuk-nyamuk turut berpesta-pora juga. Walaupun belum puas melihat dan memotret, serangan buas agas dengan gigitan nan tajam tersebut akhirnya memaksa kami untuk beranjak, apalagi hujan rintik mulai terasa.
Wisata kunang-kunang merupakan sebuah daya tarik yang Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor tawarkan sebagai unggulan.
Sayang—menurut warga setempat—di beberapa lokasi yang kelebatan hutannya telah berkurang, atau perubahan lingkungan disebabkan bermacam-macam faktor lainnya, kunang-kunang menjadi jarang dijumpai.