Amanda Katili : Cinta Bersahaja untuk Kelestarian Dunia (1)

By , Jumat, 27 Desember 2013 | 13:52 WIB

Amanda Ruthiana Nanurani Katili (56) sejak April 2008 menjadi orang Indonesia pertama yang dipercaya membawakan 500 slide ilmiah An Inconvenient Truth dari Al Gore dan the Climate Project. Namun, menurut doktor bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup ini,  “Kalau kita bilang harus mendidik masyarakat, that’s not fair!” Lho?

Amanda bermakna berharga untuk dicintai. Jalan bahagia dibuka sejak ia dilahirkan 12 Februari 1957. Nama keluarga mengingatkan pada ayahnya, John Ario Katili (9 Juni 1929 – 19 Juni 2008) yang disebut-sebut sebagai Bapak Geologi dan Penginderaan Jauh Indonesia. Namun, Amanda membuka jalan kariernya sendiri.

Meski sealmamater ITB dengan JA Katili, Amanda memilih bidang berbeda : biologi. Bila mirip, bidang pilihan mereka bukan incaran banyak orang, dimasuki di awal rintisan keilmuwan. Amanda melanjutkan S2  Ekologi dan Managemen Lingkungan (1984) di American University, Washington DC, dan S3 Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (1988) dari University of Michigan, Ann Arbor, AS.

“Saat itu, AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) di AS saja baru dimulai awal 1980-an. Di ITB namanya Teknik Penyehatan Lingkungan, kini Teknik Lingkungan. Sejak SMA awal 1970-an, kalau ada pertemuan ilmiah dan kunjungan di dalam dan luar negeri, ayah sebagai guru besar ITB, LIPI dan Dirjen Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi sering mengajak saya. Meniru Nehru yang mengajak Indira Gandhi ke pertemuan politiknya. Bertemu banyak ilmuwan sambil belajar bahasa Inggris langsung. Salah satu cara menyiasati agar hubungan tetap dekat di tengah kesibukan sekaligus widyawisata,“ kenang Amanda, “Minat saya pada kehidupan manusia dan lingkungannya pun tumbuh.“

Dunia Indah di Mata Anak

Pada 2004, Amanda jadi staf khusus Menteri Negara Lingkungan Hidup, mengantarnya mengetuai Sekretariat Presiden dalam Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim, UNFCCC di Bali, Desember 2007. Berikutnya, tak pernah setengah-setengah mencintai lingkungan hidup, Amanda mengejar jadi murid Al Gore dalam the Climate Project.

Sejak 1976, Al Gore, mantan wapres AS semasa Bill Clinton, mulai mewujudkan minat pada lingkungan hidup dengan slidegambar, grafik, foto pemanasan global. Saat tak terpilih dalam pertarungan calon presiden AS, dibantu sutradara Davis Guggenheim, Al Gore mengembangkan jadi buku dan film dokumenter An Inconvenient Truth yang meraih Oscar 2007.

Bersama Dr Andrew Weaver dari the World Climate Research Programme, Al Gore mengembangkan pula the Climate Project sejak September 2006 di Nashville, Tennessee untuk menyebar kesadaran meredam pemanasan global, mengerem perubahan iklim. Proyek yang mengganjar Al Gore dengan Nobel Perdamaian 2007 ini menargetkan melatih 1.000 warga berbagai lapisan di AS -- pemadam kebakaran, ilmuwan, artis, Miss USA – untuk disebarkan ke komunitas dengan bahasa masing-masing untuk bertindak. Sampai April 2008, Al Gore telah melatih 2.250 orang di 6 negara (AS, India, Inggris, Spanyol, Australia, Canada) dari empat benua. Amanda Katili menjadi satu-satunya wakil Indonesia.

Christantiowati, dimuat di majalah INTISARI, 2008