Sesaat sebelum merapat di pelabuhan Bakauheni, kita akan disuguhi sebuah pemandangan yang mencolok mata. Nun jauh di sana, di sebuah bukit, kita melihat menara berwarna kuning keemasan, berbentuk sebuah mahkota. Di bawahnya terdapat tulisan besar: LAMPUNG. Itulah Menara Siger, salah satu penanda kita memasuki Lampung.
Siger diambil dari nama mahkota yang dikenakan oleh wanita Lampung pada upacara-upacara adat dan merupakan suatu simbol kehormatan, simbol budaya Lampung. Sosok dua dimensinya amat mudah ditemukan dalam ornamen bangunan di Lampung.
Selain mengambil bentuk dasar mahkota Siger, desain menara yang diarsiteki salah satu tokoh Lampung, Anshori Djausal, ini juga memasukkan bentuk asli tradisional Lampung lainnya yaitu paguk di bagian kiri-kanan menara sebagai perlambang perahu. Pada puncak menara terdapat payung merah, kuning, putih sebagai simbol hirarki kebangsawanan.
Menara Siger memiliki tinggi 32 meter, panjang 50 meter, lebar 10 meter. Bangunan enam lantai ini digunakan sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata Lampung.
Dari pelatarannya kita bisa memandang Teluk Lampung dan Selat Sunda sembari membayangkan jika suatu saat jembatan Selat Sunda terwujud. Akan terbentang garis hitam sepanjang hampir 30 km dengan lalu lalang kendaraan.
Di menara yang diresmikan Gubernur Lampung Sjahchroedin ZP, 30 April 2008 ini terdapat informasi penanda titik nol dan jarak-jarak ke wilayah lain, baik di Sumatra maupun Jawa.
Kita bisa tahu jarak Bakauheni - Banda Aceh mencapai 2.652 km. Juga ternyata jarak Bakauheni - Jakarta hanya 117 km. Masih lebih jauh jarak Jakarta - Bandung.
Nah, bagi yang mau masuk ke Sumatra, sempatkanlah mampir di Menara Siger ini.